Kalau sedang mujur biasannya mendapat tangkapan banyak. Sebaliknya kalau buntung, seekor ikan pun tidak berhasil mereka tangkap. Perahu yang mereka gunakan pun masih tergolong perahu kecil yang hanya mampu memuat sepuluh orang. Dan sebagian lagi masih mengandalkan layar guna melaut, tanpa dilengkapi mesin.
Ketika di tepi pantai mereka menggunakan dayung, dan ketika angin berhembus cukup baik, layar baru dikembangkan yang akan membawanya ke tengah laut. Sedangkan perahu Nelayan di Jawa mayoritas sudah menggunakan mesin lebih dari satu. Seperti model perahu Pursin yang mampu menampung awak lebih dari dua puluh orang. Bahkan perahu Pursin nelayan Pekalongan Jawa Tengah sudah dilengkapi dengan tiga buah mesin standar 200 PS mampu memuat tiga puluh nelayan lebih dengan muatan 40-an ton.
Ketika bulan purnama tiba, ssewaktu para nelayan tidak ada melaut, maka warga akan berkumpul didepan rumah. Mereka bergerombol sambil saling bercerita. Sedangkan anak-anak kecil bermain-main dihalaman rumah. Ada yang main kejar-kejaran maupun bermain gelang karet.
Sementara itu ombak terus berdebur tiada hentinya, mengikis pasir yang kelihatan penuh gemerlapan. Di tengah-tengah laut, sinar rembulan terpantul membiaskan seberkas cahaya. Laut seolah-olah bermandikan cahaya. Perahu nelayan tertambat rapi, dipinggir dermaga kayu, terombang-ambing oleh gelombang pasang air laut. Pohon kelapa sepertinya menari-menari diterpa angin yang tidak terlalu kencang.