Festival Musik Tong Tong Meriahkan Hari Jadi Sumenep ke 742

Untuk itu katanya, kenapa kami tidak menyebut sebagai bentuk Festival Musik Ul-Dhaul, karena pada dasarnya kami ingin mengembalikan pada format dasar musik tong-tong itu sendiri.

Festival yang  tahun ini diikuti 15 peserta se Madura, ternyata mengelami penurunan dibanding tahun lalu yang diikuti 21 peserta. Hal ini tentu disayangkan pada tahun-tahun berikutnya akan terus mengalami penurunan yang nanti festival macam ini tidak banyak diminati oleh peserta.

Hal ini beralasan, karena menurut pengakuan salah seorang peserta dari Pamekasan pada Lontar Madura, biaya operasional untuk mengikuti festival memakan biaya puluhan juta rupiah.

Eko Suhartono Hadie

“Memang tidak  sebanding kalaupun peserta jadi juara, hadiah yang diberikan hanya cukup untuk makan bersama”, ujarnya.
Biaya festival seluruhnya dianggarkan APBD Kabupaten Sumenep, diharapkan bukan semata-mata sebagai pentas seremoneal  tahunan, dan setelah ini hilang begitu saja.

Pihak pemerintah seyogyanya memperhatikan musik tong-tong ini sebagai kebanggaan untuk dilestarikan, meski dalam konteks kekinian sebagai bentuk musik tradisi kontemporer.

Demikian pula, dalam bentuk seni tradisi Madura yang lain, yang seharusnya mendapat bagian dalam pelesatrian dan pengembangnnya untuk medapat perhatian serius, karena ditengarai jenis-jenis tradisi yang ada, pada dekade terakhir ini sudah mulai menghilang.

Response (1)

  1. musik tradisional yang sekarang bukanlah musik tradisional masa lalu karena adanya perubahan zaman yang berkembang dari tahun-ketahun.,,,
    musik ul-dhaul ini mengalami penyusutan akibat dari tidak adanya perkembangan acara yang melibatkan musik kontemporer tersebut..,dan hanya dilaksanakan 1 kali dalam 1 tahun dengan acara yang sama.,,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.