Di luar itu, anak-anak muda yang terhimpun dalam GOTT baru-baru ini juga menerbitkan buku kumpulan puisi modern berbahasa Madura. “Puisi-puisi itu ditulis anak-anak SMA, walau masih terkesan puisi Indonesia yang diterjemahkan ke bahasa Madura,” kata penyair yang juga Ketua Dewan Kesenian Sumenep ini.
Baik Hasnan maupun Syaf Anton sepakat, bahwa perkembangan sastra Madura dan Using itu ditunjang oleh radio. Di RRI, misalnya, setiap malam Sabtu ada acara Pembinaan Bahasa Madura. Sedangkan di Banyuwangi, 27 stasiun radio swasta (plus 5 stasiun radio di Jember) memberikan porsi yang besar pada bahasa Using.
Bicara tentang sastrawan Jawa bahasa Jawa Tengah-an, wah, Jawa Timur adalah gudangnya. Dalam catatan Bonari Nabobenar, sastrawan Jawa modern asal Jawa Timur terus lahir. Setelah angkatan Suparto Brata, muncul generasinya Widodo Basuki. “Bukan hanya menang dalam hal kuantitas, tetapi secara kualitas pun sastrawan Jawa dari Jawa Timur cukup disegani di pentas sastra Jawa pada umumnya,” katanya.
Lihat saja, sejak pertama hadiah Rancage diberikan untuk sastra Jawa, sastrawan Jawa dari Jawa Timur tidak pernah absen mendapatkannya. “Kalau tidak karena karya terbaiknya, ya karena ketokohannya dalam sastra Jawa,” ujar Bonari, sastrawan Jawa yang juga menulis dalam bahasa Indonesia ini. (Khoirul Naim)
sumber : Jawa Pos