Carok di mata orang Madura tentunya ditafsirkan berdasarkan pengalaman, nilai dan norma yang menyelubungi kehidupan mereka. Dari sudut pandang everyday-defined, orang Madura membezakan antara kes bunuh dan carok
carok
Carok; Bentuk dan Penyebabnya
Di dalam masyarakat Madura, carok telah mendapat sokongan dan persetujuan sosial, yang bererti masyarakat tidak memandang hina atau salah kepada pelaku carok yang membela maruahnya yang tercemar
Carok Sebagai Elemen Identiti Manusia Madura
Carok adalah istilah yang berasal dari bahasa Madura yang bermaksud ‘berkelahi’. Tentunya perkelahian dapat ditemukan di mana-mana masyarakat sekalipun
Blater Sebagai Sosok “Kesatria Lokal”
Kalangan blater tidak serta merta akan menuruti himbauan para kyai, jadi sangat tidak mungkin kalau kalangan blater diminta meninggalkan tradisi keblaterannya. Bisa bisa kalangan blater akan membangun kebencian dengan kyai tersebut, dengan mencuri sapi atau barang barang keluarga atau tetangga kyai tersebut sebagai peringatan.
Menyikapi Nilai–Nilai Negatif Budaya Madura
Budaya Madura sesungguhnya memang sarat dengan nilai-nilai sosial budaya yang positif. Hanya saja kemudian nilai-nilai positif tersebut tertutupi perilaku negatif sebagian orang Madura sendiri,
Tinjauan Sejarah Mengenai Kemunculan Carok dan Celurit dalam Budaya Madura
celurit merupakan simbol dari proses sejarah peristiwa carok yang dialami leluhur mereka. Simbol ini mengandung makna bukan hanya sekedar penyimpanan memori
Celurit Sebagai Simbol Carok
Celurit merupakan senjata favorit dalam tindakan carok. Celurit sangat efektif untuk membunuh mengingat bentuknya yang melengkung laksana tubuh manusia.
Carok: Hak, Harga Diri dan Wanita
Wanita Madura dibanding kaum pria belum seluas peran yang dilakukan wanita kota besar, meskipun wanita Madura mengenal persamaan hak dan kewajiban dengan suami
Penyebab Munculnya Kekerasan Masyarakat Madura
Munculnya tindak kekerasan dalam kehidupan masyarakat Madura setidaknya disebabkan dua hal. Pertama, pemerintah pada waktu itu tidak memperhatikan masyarakat Madura; kedua, sebagai konsekuensi dari yang pertama, masyarakat menjadi tidak percaya kepada pemerintah sehingga segala persoalan atau konflik kekerasan digunakan