Ketika tahun 1883 tanah sumenep diambil oleh pemerintah Gouvernement, dan semua priyayi keraton diganti dengan onderstand disesuaikan dengan hasil laporan inventarisasi. Dan Pangeran Aryo Mangkudiningrat diangkat menjadi Bupati Sumenep dengan pangkat Tumenggung dan pada tahun 1884 bergani gelar menjadi Pangeran Aryo Pakunataningrat II dengan gaji € 1000,- kecuali kerugian dari percatonnya.
Ketika tahun 1875 sebelum jadi Bupati Sumenep, Pakunataningrat II menjadi Komandan Prajurit barisan dengan pangkat Luitenant Kolonel. Kala mengikuti Jendral Pel berperang di Aceh menjadi Ajudan Staff, setelah tiga bulan disana, lalu pulang ke Sumenep. Sesampai di Sumenep mendapat kehormatan bintang Ridder Militaire Willemsorde klas 4 dari Belanda.
Pada tahun 1891 berhenti menjadi Komandan Prajurit Barisan Sumenep dengan pangkat terakhit Kolonel Titulair.para putra-putrinya sebanyak 30 orang mendapatkan onderstand masing-masing sebesar £ 70,- kecuali yang bekerja dan mendapat gaji, itu tidak mendapatkan onderstand.
Adipati Arja Pratamingkusuma dan Tumenggung Aryo Prabuwinoto
Pada tahun 1901 Pakunataningrat II meninggal dunia dan digantikan putranya yang bernama Raden Abu Muhaimin, pada tahun 1906 mendapat pangkat Adipati dari Belanda, dan bergelar Raden Adipati Aryo Pratamingkusuma.
Salah satu putra Pratamingkusuma ada yang bersekolah Bestuurschool di Betawi hingga tamat yakni Raden Moh Tahir, yang kemudian menjadi Patih di Sampang. Sekolah tersebut memang khusus bagi priyayi/bangsawan yang tingkatannya Iebih tinggi dari sekolah Opleidinschool.
Pada tahun 1925 ia pulang ke Sumenep menggantikan ayahandanya karena sudah tua, dengan gelar Tumenggung Arja Praboewinoto. Pada tahun 1929 meninggal dunia dan dikuburkan di Asta Tinggi. Dan dialah yang kemudian sebagai Adipati terakhir dari dinasti Bindara Saod atau Arya Wiraraja. (Tadjul AR/Syaf Anton)











