Kita acap menjadi pribadi sebaliknya. Kemakmuran kita sering tidak seberapa. Tapi kita sering ingin bermegah-megah. Padahal sekalipun kita makmur, sekali lagi menurut agama, bermegah-megah adalah hal terlarang. Untuk rumah, kita kadang tergoda membangunnya secara mencolok. Yakni yang tampak lebih megah disbanding sekitarnya.
Kita lebih bangga punya rumah yang mewah ketimbang rumah yang asri dan nyaman dihuni. Dalam memilih kendara an, pakaian, hingga keinginan berganti-ganti alat komunikasi, gengsi hampir selalu kita kedepankan dibanding fungsi.
Saat menggelar resepsi pernikahan, misalnya, kita juga sering mendahu lukan kemewahan pesta dibanding dengan keberkahannya. Bahkan saat sakit pun, kita lebih memilih rumah sakit bergengsi dibanding yang memang opti mal dalam pengobatan. Walaupun untuk itu harus membayar sangat mahal untuk pengobatannya yang berlebihan yang sebenarnya telah sampai pada tingkat peracunan. Sering tanpa tersa dari, kita acap bermegah-megah sementara ju taan orang lainnya di sekitar kita hidup sangat susah. Sungguh sangat ironis.