PERSIS hanya diikuti oleh sebagian kecil masyarakat. Kehadiran MD dikembangkan dari orang Sumenep daratan yang bekerja sebagai pegawai pemerintah. Pada awal kehadirannya MD di Kangean sering diidentikkan dengan ‘orang kafir’ dan sering mendapatkan perlakuan yang diskriminatif seperti mencuci bekas tempat duduk warga MD. Pengembangan dakwah Islam MD pada awalnya melalui jalur birokrasi, perdagangan, dan kharisma tokoh NU (KH. Abd. Adhim).
Persis yang datang kemudian, dikembangkan oleh Ustadz Dailamy yang berasal dari Pulau Sapeken. Ketiga organisasi itu mengidentikkan dirinya sebagai ahlus sunnah wal jamaah (pengikut setia sunnah Nabi Muhammad, SAW). Jordan (l985: 328–331) keliru mengidentikkan ahlus sunnah hanya kepada NU, seharusnya juga kepada MD dan Persis. Respon MD terhadap kebudayaan local menarik untuk dikaji karena ada variasi dalam aktualiasi keyakinan keagamaan mereka terutama pada ritual kematian dan perkawinan.
Warga Muhammadiyah ada yang melakukan ritual kematian mulai dari naza’ (lepasnya ruh dari jasad), pemandian jenazah, pengafanan, pembuatan pelengkongan (keranda), dan pemakaman. Talkin dan tahlil dilakukan seperti yang dilakukan orang NU. Begitu pula halnya dengan perkawinan (Mulkhan 2000). Di sisi lain, NU juga melakukan usaha purifikasi ajaran melalui pengajian-pengajian dan dakwah bil hal. Purifikasi menguat pada tataran akidah terutama dalam tata cara berziarah, kekuasaan Tuhan dalam proses penyembuhan, rejeki, perubahan ekologis, dan perjalanan hidup manusia.
Perjalanan hidup manusia merupakan akumulasi dari ikhtiar dan pertolongan Allah dan tidak ada peristiwa yang kebetulan semuanya berada dalam kekuasaan Allah. Manusia yang tidak mempunyai akidah itu ditafsirkan sebagai penyimpangan yang berakhir pada syirik. Kewajiban orang yang memahami untuk mengingatkan orang lain agar terbebas dari syirik. Pada hakikatnya, masalah itu berada dalam wilayah penafsiran yang membutuhkan perdebatan yang dialektis. Setidaknya, kenyataan itu menunjukkan adanya usaha purifikasi.
Tulisan bersambung:
- Tradisi, Ritual dan Keyakinan Beragama Masyarakat Kangean
- Perbedaan kebudayaan Kangean dengan Madura
- Respon Keyakinan Keagamaan Orang Kangean
- Legitimasi Subyektif Pemuka Agama Masyarakat Kangean
- Interaksi Islam Kangean dan Kebudayaan Pendatang
(Judul asli: “Islam Kangean”; sumber : http://www.fisip.ui.ac.id/