R. A. Mangkuadiningrat, Tokoh Pejuang Keluarga Bangsawan

R.A. Mangkuadiningrat , saat bertugas

Namun saat terjadi clash dengan Belanda tahun 1947, Candra Hasan bertolak ke Jogjakarta (ibukota Negara waktu itu) untuk meminta bantuan peralatan senjata dan amunisi. Sebagai komandan sementara ditunjuklah Pak Mangku, hingga Letkol Candra kembali.

Lolos dari Maut

Tahun 1947 sejatinya adalah titik awal kiprah Mangku dalam militer. Karena di saat itulah sepak terjangnya dalam perang terbuka atau kontak fisik langsung dengan penjajah dirasakannya. Kala itu, pertama kali dimulai dari peristiwa Bangkalan, saat Belanda dengan membonceng Inggris mendarat di Madura. Dalam peristiwa itu, gugur sebagai syahid Letnan R. Mohammad Ramli di Kamal.

Pak Mangku selaku salah satu senior segera menarik anak buahnya mundur menyusuri pesisir utara hingga berhasil kembali ke markas Resimen di Pamekasan. Belanda terus menyusul sehingga kontak fisik terjadi lagi di Pamekasan hingga dua kali. Peristiwa itu mengakibatkan gugurnya banyak personel resimen, salah satunya Kapten Tesna.

Akhirnya Pak Mangku memerintahkan anak buahnya mundur ke Timur. Dalam perjalanan mundur beliau berkali-kali hampir terbunuh. Hingga akhirnya persembunyiannya di desa Karduluk diketahui. Saat itu beliau hanya ditemani ajudannya, Salam.

Belanda kemudian meminta salah satu keluarga Pak Mangku untuk membujuknya menyerah, namun ditolaknya. Akhirnya kontak fisik terjadi di Karduluk. Pak Mangku berhasil lolos dan terus ke arah utara.

Ketika turun ke utara akhirnya tertangkap di kampung Leke Dalem, desa Bilapora. Selanjutnya beliau ditawan di Tangsi (saat ini Makodim 0827), selama beberapa bulan. Dan tepatnya bulan Maret 1948 beliau dibawa ke Pamekasan dan di sana dilepaskan dengan syarat tak boleh mengangkat senjata lag..

Setelah itu terjadi perundingan di Pamekasan. Dari Pihak Belanda diwakili Mayor D. Swemel dan di pihak Indonesia diwakili oleh Mayor Mangkuadiningrat. Hasilnya pihak Belanda bersedia keluar dari Madura, dengan ditandai dengan dinaikkannya Bendera Merah Putih di Karesidenan Madura.

Raden Ario Mangkuadiningrat wafat Tahun 1950 merupakan tahun terakhir  di militer. Beliau mengundurkan diri dengan alasan Indonesia sudah aman dari perang. Beliau banyak menyibukkan diri dengan aktivitas niaga, dan juga mengurus organisasi perkumpulan famili keluarga bangsawan di Sumenep. Beliau wafat tanggal 25 januari 1980 dengan meninggalkan seorang isteri dan 9 putra putri. Jenazahnya di makamkan di

(Penulis : R B M Farhan Muzammily, Editor : Syaf Anton Wr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.