Kemudian salah seorang dari pemimpin upacara membacakan do’a secara Islam. Setelah dibacakan do’a permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang maksudnya agar terkabul hajat penduduk desa serta kebahagiaan dunia akheral, maka ke luarlah para pemain Pesapean dengan diiringi irama sronnen. Sapi-sapi tiruan yang berpakaian dengan perlengkapannya lalu menggerak-gerakkan tubuhnya yang seakan-akan sedang menari sambil menelusuri ladang-ladang gersang di tempat upacara itu. Gerakan-gerakan permainan dari dua orang manusia bertopeng sapi yang masing-masing orang ada pengendalinya itu menggerak-gerakkan, seluruh tubuhnya seperti sapi yang sedang membajak tanah-tanah ladang. Dan di depan pasangan sapi-sapian itu ada dua atau tiga orang badut yang bertopeng. Badut-badut yang bertopeng, menyerupai kucing, lalu menari-nari dan menimbulkan gerak gerakan yang lucu seakan-akan menunjukkan jalan, ladang mana yang akan dibajak.
Gerakan-gerakan ritus dari Pesapean itu tidak berlangsung lama, kira-kira hanya antara setengah atau satu j&m sudah selesai. Dengan selesainya permainan pe-sapean, maka selesai pula upacara minta hujan di desa tersebut.
Sehari sebelum upacara minta hujan dimulai, di ladang yang akan ditempati upacara, telah ramai orang yang berjualan, meskipun di situ tidak ada tontonan. Apabila etangga (diundang) orang untuk meramaikan upacara khitanan maka permainannya agak. lama, dan gerakan-gerakannya pun lebih bebas di mana para badutnya lebih lucu tingkah lakunya. Sebelum bermain, sesajen yang harus disediakan oleh pengundang terlebih dahulu dibakari kemenyan dan diberi bunga. Hal ini dimaksudkan agar permainan itu berlangsung Tancar dan selamat.
Artikel bersambung;
bukannya pe-sapean itu permainan madura??
Tradisi permainan anak Madura (dan folklore Madura), di masing-masing daerah di Madura hampir ada kesamaan (bahkan ada yang sama), namun barangkali sang penulis (dalam buku Nilai Budaya Dalam Permainan Rakyat Madura- Jawa timur) mengambil obyek di Sumenep