Permainan Penteng Membentuk Jiwa Anak Sportif

Di dalam meningkatkan nilai-nilai budaya, permainan penteng merupakan kegiatan permainan yang sifatnya hiburan tetapi me­ngandung gabungan dua unsur yakni unsur bermain dan berolah raga. Dalam unsur bermain, anak-anak yang terlihat dalam permainan ini dapat menikmatinya sebagai suatu permainan yang sangat mengasyikkan. Sedangkan dalam unsur olah raga, anak yang terlibat dalam permainan ini tentunya dapat membuat gerak permainan di mana setiap gerak permainan ini dapat diartikan sebagai olah raga yang dapat melenturkan otot-ototnya, yakni me­latih ketrampilan dan ketangkasan anak-anak. Selain itu juga dapat mengembangkan daya pikir dalam menghitung nilai-nilai yang diperoleh.

Oleh karena itulah, permainan penteng dapat membantu pem­bentukan jiwa dan sifat anak agar berjiwa sportif, trampil, sigap, dapat menggunakan otaknya untuk mengembangkan daya pikir menyiasati lawannya dan memperluas pergaulan dengan menggu­nakan waktu senggangnya untuk hal-hal yang efektif. Apabila kita kaji latar belakang sosial budaya dari permainan ini, di mana permainan berasal dari permainan anak-anak petani yang dalam pelaksanaannya dapat mendidik anak-anak dalam rang­ka proses sosialisasi, maka nilai-nilai yang terkandung dalam permainan ini antara lain:

  1. Rasa disiplin, karena pemain harus mematuhi peraturan-peraturan permainan yang telah disepakati bersama. Seperti, jika ada pemain yang melakukan kesalahan pada satu tahap permainan untuk menyelesaikan tahapan berikutnya, jadi temannya harus melakukan dari semula kembali.
  2. Nilai-nilai yang diperoleh dari masing-masing anggota ke­lompok disatukan (dijumlahkan) sehingga mencapai/memperoleh nilai yang telah ditentukan. Begitu pula dalam kelompok yang se ajaga, di sini nampak keija sama di antara anggota pemainnya karena setiap anggota pemain selalu siap berjaga agar dapat me­nangkap pangkene yang terlempar ke atas. Ketika pangkene oleh yang aloko dilemparkan, maka salah seorang anggota kelom­pok yang se ajaga akan berusaha untuk menangkapnya sehingga kelompok yang alako menjadi mati atau tidak mendapat nilai, sehingga teijadilah pergantian pemain. Karena itulah, dengan hasil yang sama ini akan menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan.
  3. Sportifitas atau kepatuhan akan perjanjian, yakni mempu­nyai jiwa konsekuen, jika mendapat kekalahan mematuhi perjan­jian yang telah disepakati sebelumnya. Kelompok yang kalah akan menggendong kelompok yang menang.
  4. Pada masa ini, permainan penteng kurang berkembang teruta­ma di kota-kota, tetapi di desa-desa terutama di kalangan anak-anak pada masyarakat yang kurang mampu masih digemari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.