Sesuai dengan iklim tropisnya, kehidupan masyarakat Madura bersifat agraris, dengan mata pencaharian pokok pada umumnya adalah bertani. Dalam kegiatan bercocok tanam mereka saling menolong, hal ini merupakan kebiasaan masyarakat di desa pada umumnya.
Dalam kegiatan-kegiatan di ladang atau pun di sawah-sawah, orang tua selalu mengajak anak-anaknya untuk turut membantu sesuai dengan fisik anak tersebut. Dalam perjalanannya menuju sawah ladang itulah anak-anak menemukan pohon bambu. Bambu oleh masyarakat sengaja mereka tanam, karena banyak kegunaannya. Bambu ini sengaja mereka tanam sebagai penahan erosi dan tempat berteduh para petani mau pun para penggembala dari sengatan terik matahari.
Selain itu bambu juga dapat digunakan untuk membuat rumah. Rumah-rumah tradisional masyarakat Madura pada umumnya terbuat dari gedek yang bahannya dari bambu. Bambu tersebut dikerat tipis-tipis dan dianyam sedemikian rupa yang dibaut bilik, selain itu juga dapat dibuat untuk keperluan yang lainnya yang berupa kerajinan tangan berupa anyam-anyaman. Tidaklah mengherankan, bambu tersebut banyak sekali menfaatnya bagi masyarakat petani.
Penteng sebagai suatu permainan anak-anak sudah dikenal sejak dahulu. Siapa yang mula-mula melakukan permainan ini tidak banyak diketahui, yang jelas permainan ini sudah ada sejak dahulu. Pada mulanya permainan ini dimainkan oleh anak-anak petani dengan tidak membatasi stratifikasi sosial. Jadi. siapa saja dapat memainkannya. Biasanya anak-anak petani ketika akan menuju ladang, melalui jalan yang panjang, sepanjang jalan itu diteduhi oleh pohon bambu.
Ketika beristirahat, mereka akan berteduh dinaungan bambu, dan pada saat itulah anak-anak sambil duduk duduk ada yang memotong bambu itu untuk kemudian mereka membuatnya jadi alat permainan, yang penyelenggaraannya dilakukan untuk mengisi waktu terluang di siang hari. Permainan penteng ini merupakan suatu permainan yang khas, sesuai dengan kondisi lingkungan di mana keadaan sosial masyarakatnya telah melatarbelakangi budaya dalam bentuk permainan rakyat.
Bentuk permainan ini, sudah dikenal di luar pulau Madura, karena Madura letaknya di ujung Jawa Timur, sehingga tidak mustahil kebudayaan yang datang dari luar mau pun dari dalam bercampur dan kebudayaan itu dibawa ke luar Madura atau sebaliknya.
Tidaklah heran apabila permainan yang sama juga terdapat di luar pulau Madura, walaupun namanya berlainan akan tetapi cara dan jalannya permainan sama. Seperti di Jakarta, permainan ini namanya gatrik, di Aceh peh kayee, di Sulawesi Selatan maccule/accangke.
Permainan penteng yang merupakan permainan rakyat tradisional mempunyai arti yang penting dalam meningkatkan nilai-nilai budaya, terutama bagi pelaksanaan permainan. Permainan ini dapat mendidik anak-anak agar menjadi tahu bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini sangat berguna, seperti bambu yang menjadi bahan alat permainan ini. Bambu tersebut banyak sekali kegunaannya seperti yang telah disebutkan sebelumnya.