Perang Puputan Kerajaan Madura Melawan Mataram

Ditulis oleh Agus Siswoyo

Situs Pangeran Ronggo Sukowati terletak di Kelurahan Kolpajung Kabupaten Pamekasan kira-kira 1 Km sebelah utara alun-alun Kota Pamekasan.

Pada suatu ketika, karena Pangeran Ronggosukowati usianya telah lanjut, maka mahkota kerajaan Pamekasan diserahkan kepada anak selirnya, yaitu Pangeran Purbaya. Pada saat itu putra mahkota telah ada, namun belum cukup umur untuk dinobatkan menjadi raja. Meski demikian, ia masih bersedia menjadi penasihatnya. Peristiwa alih kekuasaan dalam keraton Pamekasan ini terjadi pada tahun 1615.

Beberapa tahun sebelum Pamekasan berganti kepemimpinan, tepatnya pada tahun 1613, Sultan Agung bertahta di Keraton Mataram. Sultan Agung memiliki ambisi untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Selain memperluas daerah kekuasaan, Sultan Agung juga ingin mengusir pasukan Belanda dari bumi Nusantara. Pencapaian Kerajaan Mataram di bawah kepemimpinan Sultan Agung antara lain dengan menaklukkan wilayah Kalimantan pada tahun 1622 dan menduduki wilayah Madura pada tahun 1624.

Kegagalan Kerajaan Mataram Menyerang Pulau Madura

Para penguasa di Madura masih merupakan satu keluarga. Oleh karena itu mereka bersatu padu dalam menghadapi pasukan Mataram. Pangeran Ronggosukowati meskipun sudah berusia lanjut, masih turun ke medan perang untuk mendampingi putranya berperang. Pangeran Ronggosukowati berperan memberi petunjuk-petunjuk kepada pasukan Pamekasan yang akan bergabung dengan pasukan Sumenep, Madegan, Blega, Arosbaya dan Kadipaten Mlojo.

Pada tahun 1624 Kerajaan Mataram mengirim 500 pasukan untuk mendarat di pantai barat pesisir Bangkalan. Pasukan perang Kerajaan Mataram dipimpin oleh Panglima Perang Pangeran Suyono dan Pangeran Slorong. Oleh karena itu, 6000 prajurit Madura mengadakan perlawanan. Pertempuran berlangsung dengan sengit. Pangeran Suyono, Pangeran Slorong dan 16 orang pemimpin pasukan Mataram gugur.

Saat mendapati kenyataan bahwa pemimpin perang mereka telah tewas, maka pasukan Mataram mundur sambil membawa jenazah para pemimpinnya ke tengah laut. Dari tempat ini mereka mengirimkan utusan untuk melaporkan kepada Sultan Agung di pusat Pemerintahan Kerajaan Mataram. Sultan Agung sangat berang saat mendengar bahwa kedua panglima perang andalan Mataram terbunuh dalam pertempuran dengan pasukan Madura yang banyaknya 6.000 orang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.