Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
    • Baca dan Ikuti Kisah Bersambung: Marlena
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

KH Moh Mahfoudh Husaini, Berkarir dari Politik sampai Menembus Dunia Pendidikan

▲ Menuju 🏛 Home ► Tokoh Madura ► KH Moh Mahfoudh Husaini, Berkarir dari Politik sampai Menembus Dunia Pendidikan ► Page 3

Ditayangkan: 20-05-2012 | dibaca : 8,983 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Pada tahun 1965, di saat Madrasah Mu’allimin masih berada di bawah binaan Kiai Amir Ilyas, terjadi perubahan sistem untuk kedua kalinya. Masa studi 4 tahun kini diganti dengan masa studi 6 tahun. Menilik jenjang kelasnya, Mu’allimin tak ubahnya gabungan antara Tsnawiyah dan Aliyah. Dan demikianlah sistem tersebut berlangsung normal hingga beberapa tahun lamanya.

Baru di tahun 1979 turunlah peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa ijazah Mu’allimin tidak diakui. Tidak boleh tidak, Madrasah Mu’allimin harus direformasi dan hadir dalam wajah yang baru juga. Maka Mu’allimin pun dibagi menjadi Madrasah Tsanawiyah Annuqayah dengan kepala sekolah Kiai Amir Ilyas dan Madrasah Aliyah Annuqayah yang dikepalai Kiai Warits Ilyas, adik Kiai Amir. Sementara itu, Kiai Mahfoudh masih setia untuk tetap berkonsentrasi membina Madrasah Ibtidaiyah yang telah dirintisnya.

Pada waktu itu, Departemen Agama Pusat, atas bantuan UNICEF, menunjuk madrasah­madrasah untuk dijadikan sampel, semacam madrasah percontohan. Adapun lembaga yang dijadikan sampel berjumlah sepuluh lembaga dalam tiap setahun. Dan pada tahun 1981,

Madrasah Ibtidaiyah Annuqayah ditunjuk sebagai salah satu lembaga yang menjadi sampel di Madura. Dan status ini bertahan selama empat tahun. Dikarenakan Madrasah Ibtidaiyah yang ditunjuk tersebut adalah madrasah putri, padahal waktu itu status ketatausahaannya masih mendompleng kepada Madrasah Ibtidaiyah putra, maka Kiai Mahfoudh mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Annuqayah untuk putri yang secara administratif kini telah terlepas dari Madrasah Ibtidaiyah putra. Baik sarana dan prasarananya kini dipusatkan daerah Sabajarin, tempat beliau bermukim. Oleh sebab itu, Madrasah Ibtidaiyah Putra yang sebelumnya dipegangnya diserahkan kepada KH. Abdul Basith Abdulah Sajjad untuk mengelolanya.

Pada awal 80-an itulah Madrasah Ibtidaiyah mengkuti Ujian Negara untuk pertama kalinya dengan jumlah siswi lulus 8 orang. Berkat spirit dan dorongan dari berbagai pihak dan tentunya melihat prospek yang baik bagi didirikannya sekolah lanjutan, maka Kiai Mahfoudh mendirikan Madrasah Tsanawiyah putri pada tahun 1982 dengan 13 orang siswi.

Tapi, pada tahun 1984 jumlah siswi merosot hingga tinggal 8 orang saja. Kiai Mahfoudh dapat memaklumi hal itu di antaranya adalah kebiasaan wali murid yang segera menikahkan anaknya setamat kelas 6 Ibtidaiyah. Namun demikian, fenomena ini menurutnya tidak dapat disebut sebagai rendahnya kesadaran pendidikan dan tingginya kebiasaan menikahkan putrinya di waktu muda semata. Melainkan lebih karena lembaga yang menampung putri­-putri mereka itu hanya menyediakan tingkat pendidikan hingga kelas 6 ibtidaiyah saja. Terbukti sejak dibukanya Madrasah Tsanawiyah, tahun demi tahun jumlah murid Madrasah Ibtidayah Putri Annuqayah bertambah terus-­menerus. Pada tahun 2003, santri putri di Annuqayah berjumlah kurang lebih 2000­-an siswi yang belajar di berbagai madrasah di Annuqayah.

Pada tahun 1984, bersama dewan pengasuh Pondok Pesantrern Annuqayah, Kiai Mahfoudh berperan serta dalam membidani lahirnya perguruan yang kini bernama STIKA (Sekolah Tinggi Keislaman Annuqayah). Pada awalnya, sekolah tinggi ini dipimpin oleh Kiai Ashiem Ilyas.

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Marlena
Lilik Soebari
Babad Madura Line
    • Kesenian Pangkak: Upacara Pemotongan Padi
      In Tradisi Madura
    • Klenteng Eng An Bio Bangkalan
      In Wisata Madura
    • Perjumpaan Penyair Reboeng Madura
      In Sastra Madura
    • Orang Malaysia Tertarik Bahasa Madura
      In Peristiwa Madura

  • â–¶ ᴅᴇɴɢᴀʀᴋᴀɴ

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • Diminati

    • Sejarah Buju’ Batu Ampar Pamekasan
    • Kelucuan Humor Kocak Ala Madura
    • Ki Moko dan Terciptanya Api Tak Kunjung Padam
    • Tradisi Meminang Bagi Orang Madura
    • Asal Usul Leluhur Orang Madura

ALBUM LAGU MADURA

 

© All Rights Reserved. Lontar Madura
Free Wordpress Themes by Highervisibility.com

Close