Keterangan Tulisan Tentang Cangkolang

  • Meminjam pola hubungan akulturatif Islam dan budaya seperti yang dirumuskan M. Woodward dalam kajiannya terhadap Islam Jawa yang membantah teori Islam Sinkretiknya C. Geertz. Pola hubungan Islam dengan kultur lokal yang lain lagi ditunjukkan oleh Nur Syam dalam kehidupan masyarakat pesisir yang ia sebut dengan “Islam kolaboratif”.
  • Penghormatan terhadap guru telah ada sejak zaman dulu sebelum kemunculan Islam. Nakosteen menyebutkan bahwa tradisi penghormatan terhadap guru telah ada pada tradisi pendidikan Zoroastrian. Tradisi Islam adalah penerus tradisi tersebut. Walaupun praktiknya dalam sejarah keemasan Islam sekalipun, penghormatan terhadap seorang guru tidak sama, tapi tergantung pada : (1) tempat mengajar dan (2) tingkatan pendidikan tempat mengajarnya. Guru tingkat dasar di kawasan pedalaman tidak begitu dihormati, bahkan sering dilecehkan. Lihat Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, terj. Joko S. Kahhar, Supriyanto Abdullah, Surabaya: Risalah Gusti, 1996, hlm. 76.
  • Poros moralitas ini memiliki banyak kesamaan dengan pandangan masyarakat Jawa, bahkan kultur lain dalam wilayah Nusantara, yaitu: orang tua dan raja. Pesan kuno Jawa mengatakan, orang yang menghormati guru, orang tua dan rajanya, berarti telah menghormati Tuhan. Lihat Niels Mulder, Agama, Hidup Sehari-Hari dan Perubahan Budaya, Jakarta: Gramedia, 1999, hlm. 315. Searah dengan ini, Denys Lombard memberikan deskripsi yang searah terkait dengan struktur sosial kultur agraris (Jawa) dengan meletakkan kaum pendeta (guru) dan bangsawan sebagai lapisan elit yang setingkat di atas masyarakat petani, yang sama-sama memiliki kekuasaan atas tanah sebagai komoditas utama masa lalu. Denys Lombard, Nusa Jawa, Jakarta: Gramedia, jld 3, 1996, hlm. 17. Bandingkan dengan ulasan menarik C. Sri Sutyoko Hermawan, “Krisis Masyarakat Agraris”, Kompas, Jumat, 01-12-2000.
  • Dalam ajaran Islam, bertamu atau selalu bersama para ulama atau orang bijak sangat dianjurkan karena akan memberikan manfaat untuk kehidupan, terutama secara spritual. Diantaranya ajaran Nabi saw yang dikutip Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi dalam karyanya Nasaih al-‘Ibad ‘an al-Munabbihat ‘ala al-sti’dad ila Yaum al-Ma’ad (hlm. 4.) adalah: ‘alaikum bi mujalasat al-‘ulama’ (diberi penjelasan dengan “orang yang konsisten mengamalkan ilmunya [al-‘amilin ]) wa istima’ kalam al-hukama’ (maksudnya, menurut Nawawi: al-‘alimin bi dzat Allah). Fa inna Allah ta’ala yuhyi al-qalb al-mayyit bi nur al-hikmah kama yuhyi al-ardh al-maytat bi ma’ al-mathar. Dalam riwayat Thabarani dari Abu Hanifah: Jalisu al-kubara’ wa sa’il al-‘ulama’ wa khalith al-hukama’.
  • Pepatah Arab menyatakan lisan al-hal afshah min lisan al-maqal (bahasa sikap lebih tajam dari pada bahasa lisan).
  • Tentang dua bentuk orientasi ilmu: science for science dan science for the human progress, Lihat Kunto Wibisono, Ilmu Pengetahuan : Sebuah Sketsa Umum Mengenai Kelahiran dan Perkembangannya Sebagai Pengantar untuk Memasuki Filsafat Ilmu, Materi Kuliah Filsafat Ilmu, Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Program Studi Agama dan Filsafat, tahun akademik 2000/2001.
  • Ulasan atas buku ini bisa dilihat dalam www.nber.org/papers/w9682. Lengkapnya buku tersebut berjudul Economic as Religion: From Samuelson to Chicago and Beyond (University Par, PA: Penn State Press, 2001). Buku sebelumnya dengan gagasan serupa berjudul Reaching for Heaven on Earth: The Theological Meaning of Economics (Lanham, MD: Rowman & Littlefiels, 1991). Contoh lainnya adalah buku The Corporate Mystics karya Gay Hendricks dan Kate Ludeman, sebuah buku sukses berbisnis “dengan hati” dan menjunjung moralitas yang didasarkan pada wawancara pada ratusan pengusaha sukses di Amerika Serikat.
  • Dalam wujud kongkritnya, kegiatan keilmuan yang didorong oleh semangat religius antara lain terlihat dari kebiasaan Ibnu Sina mengambil wudhu’ dan shalat sunnat ketika berhadapan dengan persoalan pelik yang tak terpecahkan dalam bidang keilmuan, termasuk ilmu-ilmu alam dan kedokteran..
  • *******************

    Ach. Maimun Syamsuddin, kandidat doktor bidang Studi Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Menyelesaikan S2 di Program Studi Agama dan Filsafat di lembaga yang sama setelah menyelesaikan S1 di STIK Annuqayah. Lahir di pedalaman desa Jaddung Kecamatan Pragaan 4 Maret 1975. Selain santai di rumah, sesekali mengajar di STIK Annuqayah. Belajar menulis sejak MI dan aktif di majalah dinding sejak Mts. di Annuqayah.

    http://www.jeo-5.blogspot.com/

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.