ditulis: Agus Siswoyo
Sejak wafatnya Pangeran Islam Ongguk atau Pangeran Lendhu, masyarakat Pamekasan boleh dikatakan hampir seluruhnya sudah memeluk agama Islam. Bahkan mereka menjadi pemeluk agama Islam yang fanatik. Pengaruh budaya Islam telah merombak tatanan kehidupan masyarakat Pamekasan pada khususnya, dan wilayah di Pulau Madura pada umumnya.
Agama Islam mewarnai budaya Madura dengan pendirian langgar dan pondok pesantren dimana-mana. Bahkan banyak warga Madura yang pergi berguru agama Islam ke Gesik, Ampel dan Kudus. Sebagian lagi memang ada penyebar agama Islam yang sengaja datang ke Madura untuk kegiatan dakwah. Misalnya: Ki Ageng Tarub dari Banten, Kiai Abdul Manan Al Anggawi dari Gresik, Sayyid Yusuf, Sunan Padusan dari Kudus dan lain-lain.
Berkat adanya pondok pesantren, pengajian-pengajian di surau, dan perkembangan zaman, maka masyarakat Madura perlahan-lahan mampu membaca dan menulis dalam huruf Arab. Hal itu secara tidak langsung telah mendorong para penguasa untuk lebih banyak memikirkan nasib rakyatnya dan bekerja keras demi kepentingan mereka agar tidak ketinggalan jaman. Keadaan masyarakat kota Pamekasan benar-benar aman. Rakyat makmur dan hidup dengan tertib karena mereka mentaati ajaran agamanya.
Pangeran Ronggosukowati Membangun Keraton Mandiraras
Kerjasama antara para penguasa keraton dengan para ulama sangat baik. Masyarakat selalu mamatuhi fatwa para ulama dan mengikuti perintah para penguasa sehingga pembangunan dalam segala bidang dapat berjalan dengan lancar. Kesadaran dan rasa setia kawan mereka untuk bergotong-royong sangat tinggi.
Pangeran Ronggo Sukowati naik tahta menggantikan ayahnya pada tahun 1530. Untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, beliau banyak berbuat dengan jalan membenahi dan membangun kota Pamekasan agar setaraf dengan kota-kota lain di Pulau Madura.
Salah satu peninggalan bersejarah dari Keraton Pamekasan pada pemerintahan Pangeran Ronggosukowati adalah Keraton Mandiraras. Keraton Mandiraras dibangun pada masa Pemerintahan Pangeran Ronggo Sukowati dengan sangat indah dan mendekati kesempurnaan. Hal inilah yang menjadikan keraton Pamekasan semakin terkenal diantara keraton lain di Pulau Madura. Pada masa itu, orang-orang yang berasal dari negara-negara tetangga sering berkunjung ke kota Pamekasan untuk melihat keindahan Keraton Mandiraras.
Oleh karena itu, banyak masyarakat yang setuju bahwa Pangeran Ronggosukowati adalah pemimpin yang membangun Kota Pamekasan pada tahun 1530. Sejak ia berkuasa, pemerintahan Pamekasan berjalan dengan teratur dan rapi. Wilayah keraton Pamekasan dibagi menjadi beberapa kadipaten. Pasukan Mandiraras dibentuk untuk menjamin keamanan warga. Kebutuhan rakyat Pamekasan juga sangat diperhatikan oleh Pangeran Ronggosukowati.
Pangeran Ronggosukowati adalah pemimpin yang dicintai rakyat dan disegani oleh para ulama. Ia terkenal sebagai raja yang arif dan bijaksana. Sebagai raja yang memeluk agama Islam, ia sangat takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila semua titah Pangeran Ronggosukowati selalu cepat dilaksanakan, baik oleh semua bawahannya maupun oleh seluruh rakyatnya. Ia tak segan-segan mengundang para ulama dan para tokoh masyarakat untuk diajak bermusyawarah sebelum melaksanakan sesuatu.