Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

Ghaladak Rantai, Peninggalan Zaman Kolonial

▲ Menuju 🏛 Home ► Sejarah Madura ► Ghaladak Rantai, Peninggalan Zaman Kolonial

Ditayangkan: 15-03-2014 | dibaca : 1,806 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Gambar ghaladk rantai ketika diambil tahun 1900

Gambar ghaladk rantai ketika diambil tahun 1900

Rantai atau jembatan rantai di Desa Marengan Sumenep merupakan jembatan yang memiliki nilai sejarah pada masanya. Ghaladak Rantai, tepatnya berlokasi di Kali Marengan arah timur kota Sumenep itu, pada jalam kolonial dikenal dengan sebutan Ophaalbrug (jembatan: bld)

Jembatan ini merupakan satu-satunya jembatan tarik yang ada di Sumenep. Konon bahan utama bangunan jembatan dari kayu besi, dengan panjang kurang lebih 8 meter, dan lebar 3 meter, memebentang Kali Marengan yang menjadi jalur perdang sekaligus merupakan jalur masuk menuju Kota Sumenep dari wilayah timur.

Karena memang wilayah Marengan memiliki posisi strategis sebagaium jalur transportasi dari arah pelabuihan Kalianget ke Sumnenep. Namun bila diperhatikan posisi jembatan ini membentang di sungai ini mengarah jalur selatan, yaitu wilayah-wilayah yang berbasis ladang pegaraman, sehingga kemungkian jembatan ini difungsikan, khususnya untuk mengangkut hasil garam ke pelabuhan Kalianget.

Seperti halnya jembatan yang dibangun pada kolonial Belanda seperti di Surabaya atau Batavia, posisi jembatan ini bisa diangkat atau digerek keatas bila ada kapal atau perahu yang melintas dibawahnya.

Namun demikian, melihat pertumbuhan dan perkembangan masyarakat makin meluas, jembatan tarik atau jembetan derek itu dirasa kurang efektif, bahkan tidak ada lagi parahu atau kapal yang melewati lintasan sungai tersebut, dan akhirnya tidak lagi berfungsi sebagai jembatan tarik.

Untuk itu pemerintah setempat telah merenovasi menjadi jembatan beton dan tentu lebih kokoh dan kuat. Namun demikian jembatan yang bersejarah pada jaman kolonial itu, sampai saat ini masyarakat Sumenep, menyebutnya sebagai Ghaladak Rantai.

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • ▶ ᴅᴇɴɢᴀʀᴋᴀɴ

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • ᴘᴏsᴛɪɴɢ ᴘɪʟɪʜᴀɴ

    • Pemberdayaan Masyarakat Madura Pasca Suramadu Melalui Agama, Budaya dan Tradisi
      📚 Budaya Madura
    • Nadar Dalam Upacara Pembuatan Garam Di Sumenep (1)
      📚 Tradisi Madura
    • Meramal Masa Depan Madura
      📚 Budaya Madura
    • Sobung
      📚 Budaya Madura
    • Surau dalam Rumah Keluarga Madura
      📚 Budaya Madura

ALBUM LAGU MADURA

 
http://bahasa.madura.web.id/utama.php

Beralih Versi Mobile


© All Rights Reserved. Lontar Madura
Tim Pengelola | Privacy Policy | Disclaimers

Close