Selain itu ada pula istilah yang menunjukkan latar belakang budaya pertanian, yakni untuk menyebut “nilai” sebagai angka kemenangan yang diperoleh dalam permainan dikatakan dengan kata “sawah”. Jadi untuk menyebut setiap nilai diibaratkan memperoleh “sawah”. Dengan demikian dapatlah dikesimpulkan bahwa permainan ini muncul sebagai kreativitas anak-anak dengan berlatar belakang sosial budaya agraris.
Hal seperti tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa permainan gempuran adalah permainan anak-anak petani, karena pada dasarnya bahwa permainan apa pun tidak akan dapat meninggalkan warna kehidupan budaya masyarakat yang dimilikinya. Seperti diketahui masyarakat pedesaan yang mata pencaharian pokoknya adalah agraris di mana dalam kehidupan bermasyarakatnya masih bergotong royong. Hidup bergotong-royong ini telah tertanam dalam kehidupannya sebagai ciri dari masyarakat tersebut. Ada pun kehidupan bergotong-royong ini dapat pula dikatakan dengan keija sama untuk mencapai sesuatu, walau pun demikian kadang-kadang keija sama tidak identik dengan gotong-royong. Tetapi yang dimaksud di sini identik dengan gotong-royong, karena gotong-royong tidak dapat dipisahkan dengan keija sama untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, misalnya dalam permainan. Salah satunya adalah permainan gempuran itu tadi.
Permainan gempuran seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yakni suatu permainan yang muncul karena adanya kegiatan untuk menghancurkan atau merobohkan tanggul yang sehubungan dengan aktivitas dari usaha pertanian, misalnya untuk mendapatkan air. Air bagi masyarakat petani sangat diperlukan, karena itu mereka berusaha dengan mengalirkan air atau membuat sungai baru sehingga seluruh desa dapat dialiri air. Dalam hal ini pembagian air yang merata sehingga semua masyarakat desa yang mempunyai sawah ladang mendapatkan bagian air secara merata. Kehidupan ini dilakukan oleh masyarakat desa dengan bergotong-royong, sehingga kerukunan teijalin dengan baik. Kerukunan untuk bergotong royong merupakan bagian dari kehidupan masyarakat desa yang harus mereka tanamkan. Untuk itu mereka mengungkapkan kepada anak-anak melalui permainan, di antaranya permainan gempuran.
Kapan permainan itu sendiri mulai dimainkan, dan oleh siapa mula-mula melakukannya tidak banyak diketahui. Yang jelas, permainan itu sudah ada sejak dahulu. Kemungkinannya timbul karena sebagai kreativitas yang diilhami oleh latar belakang budaya agraris.
Gempuran itu sendiri sebagai suatu permainan hiburan, sifatnya kompetitif, karena si pemain berusaha untuk memenangkan permainan. Dan di dalam permainan tersebut terkandung dua unsur gabungan, yakni unsur bermain dan berolah raga. Dalam suatu permainan yang tidak sungguh-sungguh, sehingga anak benar-benar menikmatinya sebagai permainan yang sangat menghibur. Unsur olah raganya terlihat pada fungsi permainan yang cocok untuk melatih ketangkasan dan ketrampilan anak-anak sehingga gerak badan yang ditimbulkan seolah-olah sedang berolah raga. Sebagai suatu permainan, gempuran dimainkan tanpa takut mengalami konsekuensi kekalahan, yang ada dalam perasaan mereka adalah rasa puas yang bersifat sementara jika menjadi pemenang. Sebaliknya rasa tidak puas yang bersifat sementara bagi yang kalah. Hal ini tampak apabila telah selesai bermain maka anak-anak akan bersatu kembali, seolah-olah kelompok yang kalah dan yang menang tidak ada sama sekali.