Bila terjadi demikian maka si pemenang (kelompok A) harus berusaha menumpuk kembali pecahan gerabah yang porak-poranda tadi. Bila mi berhasil tanpa terkena tembakan bola, maka secepatnya anak yang bersangkutan meneriakkan kemenangannya dengan kata “sawaaaahhh ….” Ini berarti kelompok pemenang (kelompok A) memperoleh satu nilai atau sawah satu. Dan permainan pun dimulai lagi seperti semula. Demikianlah seterusnya sampai salah satu kelompok mencapai “sawah lima” berdasarkan kesepakatan bersama sebelum permainan dimulai. Jika ada kelompok yang memperoleh “sawah lima” terlebih dahulu, maka kelompok itulah yang dinyatakan menang. Selanjutnya kelompok yang kalah harus dihukum, yaknt menggendong kelompok yang menang pada jarak yang telah ditentukan sebelumnya. Demikianlah permainan tersebut biasanya berlangsung lama, karena untuk mencapai “lima sawah” itu cukup sulit dan benar-benar memerlukan kerja sama kelompok yang sebaik-baiknya.
Analisa
Gempuran merupakan permainan anak-anak yang sangat digemari oleh para penggemarnya, di mana sekelompok anak laki-laki dengan puasnya melempar rekan sepermainan dengan sebuah bola. Dan di tengah halaman rumah terlihat pecahan-pecahan tembikar atau kereweng yang berserakan. Dilihat dari peralatan yang mereka pergunakan, seperti halnya dengan pecahan tembikar, kereweng atau gerabah dan bola yang terbuat dari sisa-sisa kain perca atau pun dedaunan pisang kering yang digulung-gulung sampai berbentuk bola, maka dapat dipastikan bahwa permainan ini merupakan permainan anak-anak petani yang sangat sederhana.
Jika dilihat dari kata yang menjadi permainan gempuran itu sendiri sudah menunjukkan asal-usul permainan ini, karena kata gempur sering dipergunakan untuk menyebut suatu aktivitas menghancurkan atau meruntuhkan atau merobohkan. Menghancurkan batu, cadas, tebing atau meruntuhkan bukit, tanggul, semuanya dikatakan dengan kata “digempur”. Dan aktivitas ini banyak terjadi pada usaha pertanian.
Selanjutnya kalau kita memperhatikan alat-alat yang dipergunakan juga sangat sederhana. Pecahan gerabah, kereweng atau tembikar, sangatlah mudah diperoleh karena benda-benda itu merupakan sisa-sisa peralatan rumah tangga yang dibuat dari kalangan kehidupan pedesaan. Biasanya penduduk desa di samping sebagai petani mereka juga membuat kerajinan dengan industri gerabahnya. Hal ini pada umumnya mereka lakukan untuk mengisi kekosongan waktu ketika akan menunggu panen tiba.
Alat yang lainnya, yakni bola; Bola terbuat dari sisa-sisa perca atau daun pisang kering yang digulung-gulung berbentuk bola kecil, dan dililit dengan tali apa saja yang dapat diperoleh di sekitarnya, atau anak-anak yang telaten sering menggunakan anyaman janur. Pohon ini pun banyak diperoleh di desa-desa di mana pohon kelapa tumbuh tidak terlalu tinggi. Bola ini juga dihasilkan dari alam pertanian setempat.