Kerajaan-kerajaan kecil di Madura tentu menjadi merdeka sebentar sampai raja Airlangga berhasil meng-konsolidasi kekuasaannya pada tahun 1017. Keutuhan Negara cepat pulih dan kesejahteraan rakyat segera dikelola kembali. Kegiatan perdagangan luar Negeri dengan Cina dan Negara Asia lainnya ramai lagi.
Di kerajaan Airlangga pedagang asing membeli gading, cula badak, mutiara, kapur barus, gaharu, cendana, rempah-rempah serta kulit penyu dan burung. Beras merupakan komoditas hasil bumi Jawa yang penting untuk bekal berlayar yang memakan waktu berbulan-bulan. Saudagar asing membayar pembeliannya dengan uang emas dan perak. Di samping itu mereka memasukkan sutra dan pecah belah dari proselen.
Dari pemberitaan Cina kita mengetahui bahwa kerajaan Airlangga itu bernama Pu Chia Lung (Panjalu). Pelabuhan utamanya adalah Chung Kia Lu (Ujung Galuh) yang terletak dekat muara sungai Brantas. Di sebelah timurnya lagi terdapat pelabuhan Ta pan (Sampang / Ketapang ) yang merupakan sebuah kota penting kerajaan bawahan. Dari sini jelas bahwa peran Madura sebagai penjaga jalur lalu lintas maritime kerajaan Panjalu itu sangatlah besar.
Agaknya pada waktu itu ada penguasa Madura di Pancangan yang menyia-nyiakan istrinya yang cantik tetapi berpenyakit menjijikkan. Ini kemudian meng-ilhami terjadinya kisah kesetiaan pasangan Bangsacara dan Ragapadmi yang tersohor itu. Kota kuno Pancangan terletak dekat Kwanyar di pantai selatan Madura memang sangat strategis untuk mengamankan jalur Ujung Galuh, Bali dan kawasan Nusantara timur yang menjadi penghasil cendana. Kota pelabuhan sekitar Arosbaya pun tentu memperoleh status istimewa untuk melancarkan arus pelayaran ke Sriwijaya, Banjarmasin, Maluku dan pusat-pusat kerajaan lainnya.
Sebagai seorang raja besar Airlangga tidak melupakan mengembangkan kesenian rakyatnya. Mahabharata dan Ramayana yang sebelumnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kawi digubah kembali sehingga kisah itu seakan-akan terjadi di bumi Nusantara. Karena itu Negara Madura yang diperintah raja Bala Dewa diidentifikasi dengan daerah Madura barat.
Widarba, yang merupakan negara mertua Khrisna, Di tumpang tindihkan dengan kerajaan Bidarba yang beribu kota Pacangan tempat Bangsacara berjumpa Ragapadmi. Prabu Salya dikisahkan memerintah kerajaan Mandaraka yang terletak di Madura timur sampai sekarang didekat Ambunten ada desa yang bernama Mandaraga. Pewayangan sebagai wahana penyajian karya agung ke hadapan khalayak ramai juga sudah mulai mapan. Agaknya pada waktu itu perkembangan wayang topeng Madura yang khas itu sudah mendekati bentuk akhir kesempurnaannya seperti yang dijumpai sekarang ini.
Namun lambat laun peradaban orang Madura purba itu mengalami kemajuan yang berarti. Sejalan dengan perkembangan yang dialami bangsa-bangsa lain di Nusantara. Pada waktunya orang Madura juga memasuki masa perundingan. Masa ini ditandai oleh penguasa teknologi pengolahan biji logam. Pada masa itu muncullah dalam masyarakat segolongan orang yang berkemampuan khusus membuat barang-barang kerajinan. Keterampilan mereka membuat gegabah semakin meningkat. Begitu pula pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan ternak bertambah baik.
Dengan adanya perahu bercadik (yang sekarang masih ada serta pengembangannya dalam bentuk jukong) dimungkinkan ada di antara rombongan pendatang tersebut yang sampai ke pulau kecil ini dengan rakit. Dugaan ini didasarkan pada salah satu mythology yang menggambarkan cara orang-orang tua Madura tempo doeleo menjelaskan asal usul leluhurnya. Mereka menganggap dirinya keturunan sang Segara, pangeran laut yang sampai ke pulau ini dalam kandungan ibunya yang terdampar di pantai utara. Madura dengan menaiki rakit.
Kebanyakan rumah-rumah adat masyarakat Madura dibuat menghadap ke selatan, hal ini disebabkan oleh sejarah perjalanan leluhur mereka yang datang dari arah utara ke selatan dikarenakan terdesaknya nenek moyang mereka dari daerah asalnya, dan route perjalanan yang dilakukan untuk menyelamatkan diri ditempuh melalui jalur laut menuju daerah selatan. Sejak peristiwa itu bagi bangsa ini laut merupakan symbol dan keselamatan dan masa depan yang penuh harapan, akan tetapi ada pula pendapat yang menyatakan bahwa, masyarakat Madura yang dikenal sebagai pelaut-pelaut tangguh menganggap laut sebagai cerminan hidup yang penuh dengan tantangan dan gelora yang harus dihadapi dalam mengarungi kehidupannya serta harapan masa depannya.
Laut juga menjadi cermin pelambang kebebasan jiwa petualangannya dan wadah ekspresi rasa kemerdekaannya. Dalam perjalanan sejarah kehidupan leluhur bangsanya mereka pernah mendapat ancaman bahaya yang datang dari pedalaman di utara. Karena itu mudah lah di mengerti jika mereka selalu menggapai ke arah selatan yang waktu itu berupa laut.
Orientasi ke laut secara luas dapat dimaknakan ka lao’ dalam bahasa Madura (yang berarti ke selatan, yaitu penunjuk arah lawan utara). Berbeda dengan orang Jawa, mythology Nyai Loro Kidul yang mengagung-agungkan pantai laut selatan Samudera India tidak mempunyai akar dalam tradisi asli mythology rakyat Madura.
Hanya sayang tenttang keberadaan pemerintahan di Madura yg sejak masa Airlangga, hanya berita dari China dan tak ada sumber lain yg menungjangnya, sehingga kurang kuat untuk dijadikan acuan. Dan tidak ada sisa situs peninggalan sejarah sebagai bukti kebenarannya.
Dengan demikian maka Arya Wiraraja lah ditentukan sebagai Adipati pertama di Sumenep / Madura, itu berdasarkan beberapa sumber yg cukup kuat, diantaranya adalah Prasasti Mula Malurung, Kitab Nagarakretagama, Serat Pararaton, Kidung Harsawijaya, Kidung Wijayakrama, Kidung Ranggalawe dan lain sebagainya. Menurut tulisan Drs Abdurrahman (manta Bupati Sumenep), bahwa di Sumenep / Madura sebelum Arya Wiraraja sudah ada pemerintahan yg berpangkat Akuwu. Tapi sangat disayangkan tidak ada tulisan yg jelas tentang hal tersebut. Dan sangat disayangkan prasasti Mula Malurung lempengan VI A dan B 12 hilang, sehingga penjelasan tentang pemerintahan sebelum Arya Wiraraja kurang jelas. (Tadjul Arifin R)
Terima kasih untuk penambahan pengetahuannya Alangkah lebih apik lagi jika diakhir tulisan disertai dengan Sumber rujukan, sehingga nilai ilmiahnya lebih kuat 🙏
Bagus selali informasi ini dapat manabah wawasan
Kalo dilihat dari bentuk fisik & kebiasaan orang Madura, mereka sepertinya dari Bangladesh atau India…
Sebagian banyak yg seperti orang india namun yg seperti orang mongoloid juga banyak walaupun kebanyakan yg lebih terkenal org madura berkulit gelap
Terimakasih atas izinnya dari pak Tajul sendiri.
Oke silhkan
Mas Admin, mohon izin untuk menggunakan tulisan Pak Tajul Arifin sebagai bahan penulisan Sejarah Lokal Madura.
Silakan
Admin Lontar Madura, saya mohon izin menggunakan tulisan pak Tajul Arifin ini sebagai bahan penulisan sejarah lokal Madura. Terima kasih atas izinnya.
bagus ini, bisa buat referensi untuk pengetahuan generasi mendatang.. oya, saya masih penasaran mengenai akar bahasa madura itu asal-usulnya bagaimana ya?
Orang madura matanya belo2 kulit coklat.. lebih mirip ke india perawakannya.
Ini sumbernya dari mana saja Mas?
Ini adalah tulisan Tadjul Arifin R, sejarahwan Madura