Pantun-pantun ini menjadi semacam miniatur nilai-nilai kemanusiaan. Dus, kebudayaan Madura adalah mikrokosmos dari peradaban manusia secara global.
Month: September 2016
Ketokohan dan Keteladanan Arya Wiraraja
Akibat kemahiran berdaya tebak sehingga siapa “coming” man yang akan muncul sebagai penguasa, maka Arya Wiraraja mengikuti jejak ini, sehingga tindakannya mirip dengan tindakan insan politik jaman kini.
Arya Wiraraja Sebagai Adipati Sumenep
Mengenai peranan Arya Wiraraja dalam membantu Raden Wiraraja menaklukkan Jayakatwang, mengusir tentara Tartar, sampai tegaknya kerajaan Majapahit diceritakan secara lengkap dalam Pararaton. Kidung Panji Wijayakrama, kidung Ranggalawe dan Kidung Harsawijaya.
Jabatan Arya Wiraraja Sebelum Adipati di Sumenep
Arya Wiraraja adalah seorang babatangan (Penasehat Spiritual), Babatangan itu mungkin dijaman sekarang bisa diartikan tukang membatang atau meramal, yakni ahli nujum.
Ketokohan Arya Wiraraja
Gelar Arya menunjukkan bahwa Wiraraja adalah seorang pejabat tinggi, lebih-lebih apabila dikaitkan dengan jabatannya sebagai adhipati (adhi: pertama, baik, pati: raja, pemimpin). Gelar Arya dalam masyarakat Jawa Baru berubah menjadi Haryo
Sekitar Penetapan Hari Jadi Sumenep
Hari Jadi Kabupaten Sumenep pada tanggal 31 Oktober 1269 M, yang diperingati pada setiap tahun dengan berbagai macam peristiwa seni budaya, seperti prosesi Arya Wiraraja dan rekan seni Budaya Hari Jadi Kabupaten Sumenep.
Peran Media Cetak Terhadap Sastra Madura
Sastra Madura yang hidup dan berkembang di Pulau Madura ini yang seharusnya menjadi salah satu sumbu peradaban masyarakat Madura, kini dirasa mengalami kemunduran, sehingga masyarakat penikmatnya kesulitan mendapatkan literatur sastra Madura.
Memadurakan Sastra Madura
Bahasa Madura merupakan salah satu yang menjadi identitas. Bahwa, meski tidak tinggal di Pulau Madura, belum tentu mereka bukan orang Madura. Mereka yang tinggal di mayoritas pulau di Sumenep, dan beberapa kabupaten di Pulau Jawa merupakan orang Madura
Merajut Pantun Menjaring Harta Karun
Dengan pantun, masyarakat Madura berkomunikasi dengan sesama anggota masyarakat Madura. Melalui pantun, orang Madura menyampaikan rasa cintanya kepada gadis yang dicintainya, rasa kecewanya jika cintanya ditolak