Pertunjukan ngèjhung sebagai pemelihara solidaritas sosial, yaitu menciptakan dan menjaga kerukunan. Pertunjukan ngèjhung sebagai titik pusat perhatian masyarakat merupakan unsur pembantu untuk mempersatukan kelompok-kelompok masyarakat, baik dalam cakupan sempit, antar anggota keluarga dan keluarga yang lain, maupun dalam cakupan yang lebih besar yakni antar satu desa dengan desa yang lain. Saat ngèjhung, terjadi interaksi sosial impersonal, masyarakat berkumpul bersuka cita menikmati pertunjukan. Pertunjukan ngèjhung ditonton oleh tetangga sekitar hingga masyarakat desa tetangga. Karena itu, ngèjhung dapat dijadikan sarana mempererat kerukunan dan tali persaudaraan/silaturahmi suatu masyarakat kebudayaan, dalam hal ini masyarakat etnis Madura di Jember.
Selain sebagai pemelihara solidaritas sosial, kèjhungan juga berfungsi sebagai media kritik sosial. Kèjhung hidup dalam masyarakat dan berisi banyak peristiwa sosial, pesan-pesan tentang moral serta etika dalam masyarakat, masalah percintaan, kritik kemasyarakatan (kehidupan suami istri dan hubungan muda-mudi), serta kehidupan beragama, khususnya Islam. Untuk menilai atau menyindir seseorang, kèjhung sering diucapkan sebagai ca’oca’ atau pepatah. Dalam masyarakat, tiap individu tidak dapat lari dari aturan atau norma masyarakat. Masyarakat memiliki hak untuk menilai segala sesuatu yang terjadi dalam wilayah kemasyarakatannya. Berikut contohnya.
Bâlâng kèkèk bâlâng sè lânjâng
Bâlâng sè loros bâlâng kènè’
Dâddi rèng lakè’ je’ ngaranjâng
Ma’ lè ta’ koros ka rèng binè’
Terjemahan bebas:
Belalang ‘kekek’ belalang yang panjang
Belalang yang lurus belalang kecil
Jangan jadi lelaki mata keranjang
Lelaki mata keranjang bisa menjadi kurus karena mengurusi banyak perempuan
Kèjhung di atas mengandung kritik sosial terhadap hubungan suami-istri yang berisi nasehat agar setia terhadap istri dan keluarga. Dalam kèjhung tersebut digambarkan, laki-laki yang menjalin cinta dengan banyak perempuan bisa menjadi kurus karena harus mencukupi kebutuhan pasangan-pasangannya. Jika penghasilannya seharusnya hanya untuk istri dan anak-anaknya, maka dengan adanya perempuan lain maka ia (laki-laki) harus menyisihkan beberapa untuk memenuhi dan menyenangkan kekasihnya tersebut. Dengan demikian kesejahteraannya, secara ekonomi menurun karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Kèjhung memiliki fungsi pendidikan sebagai semacam kursus kilat mengenai adat dan pengetahuan kesukuan, tentang norma-norma, agama, nilai-nilai baik-buruk dan kepantasan, apa yang harus dilakukan, apa yang seharusnya dilakukan, apa yang dilarang, dan sebagainya. Selain berisi ajaran-ajaran hidup, kèjhung juga berisi peringatan tentang nilai keagamaaan. Dengan begitu, kèjhung juga berfungsi sebagai media pendidikan (pedagogical device) dan media syiar (dakwah). Kèjhung mengajak audience untuk merenungkan kekuasaan Tuhan agar lebih bertaqwa. Contoh kèjhung yang berfungsi sebagai syiar/dakwah adalah berikut.
Tamen magi’ tombu sokon
Namen sokon tombu magi’
Mon gi’ odi’ kodhu parokon
Orèng rokon sangona paggi’/Ma’ ollè salamet tèngka salana
Terjemahan bebas:
Menanam biji asam tumbuh pohon sukun
Menanam pohon sukun tumbuh asam
Semasa hidup harus menjaga kerukunan
Hidup rukun dapat menjadi bekal di akhirat kelak/Agar selamat dalam bertingkah laku
Kèjhung ini mengandung pendidikan agama yakni menjaga kerukunan dalam masyarakat, baik antar umat seagama maupun atar umat beragama. Kèjhung ini mengingatkan audience, khususnya umat Islam, akan janji Tuhan dalam Surah Al Hujurat ayat 10, “ Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. Kèjhung di atas juga mengandung pesan agar menjaga kerukunan, bersikap baik dalam bertingkah laku, agar tidak mendapatkan masalah dalam hidup bermasyarakat. Kèjhung ini juga dapat berfungsi sebagai media pendidikan sosial, karena mengajak ke kebaikan bertingkah laku dalam masyarakat.Contoh lain ialah.
Melatèna nalar ka tana
Terrong perrat ma’ è sèbâ’â
Mon ta’ pastè neng è dunnya,
Neng akhèrat bulâ è ambe’â
Terjemahan bebas:
Melati menjalar hingga ke tanah
Mengapa mengupas terung yang tidak bisa dimakan
Hidup di dunia hanya sementara
Di akhirat akan dimintai pertanggungjawaban