emukan makna nilai dan moral dari pemakaian udeng Madura sebagai simbol budaya masyarakat Pamekasan. Ketahui bagaimana gerakan memakai udeng dapat menjadi potensi wisata budaya dan identitas kearifan lokal Madura yang membanggakan.
Budaya Madura: Tantangan Pelestarian dan Pengembangan
Pelajari bagaimana budaya Madura seperti karapan sapi, seni ukir, dan nilai-nilai lokal diupayakan untuk dilestarikan di tengah tantangan globalisasi dan modernisasi
Tantangan Budaya Madura: Mempertahankan Identitas di Tengah Arus Modernisasi
Budaya Madura menghadapi tantangan besar di era modernisasi. Artikel ini membahas dampak modernisasi terhadap budaya Madura, peran generasi muda, serta strategi pelestarian budaya lokal melalui pendidikan, digitalisasi, dan penguatan komunitas budaya.
“Bhapa’, Bhabhu’ Ghuru, Rato: Meneroka Azimat Madura
Falsafah orang Madura yang dikenal dengan ketundukannya pada aturan agama Islam beserta budaya yang mereka yakini. Namun, penyebutan “Bhapa’, Bhabhu’, Ghuru, Rato
Loteng, Rumah Bertingkat yang Hanya Dihuni Putra Sultan Sumenep
Bangunan Loteng identik dengan rumah berlantai dua peninggalan kuna. Biasanya bangunan ini dimiliki oleh kalangan bangsawan utama di abad 19. Umumnya dimiliki oleh para putra raja. Namun faktanya, tidak setiap putra raja memiliki bangunan Loteng dan hanya para pangeran di antara beberapa putra Sultan Sumenep saja yang memiliki bangunan Loteng,
Upaya Transformasi Nilai-Nilai Luhur Tradisi Lokal Madura,
Kearifan dan tradisi lokal Madura menjadi penting untuk direkonstruksi dalam rangka menemukan jati diri otentik, yang selama masa dominasi modernisme, menjadi tereliminasi bahkan terkubur, sehingga demikian banyak manusia-manusia yang ter-cerabut, atau bahkan tidak mengenal jati diri otentik budaya lokalnya
Masjid Agung Sumenep: Akar Historis Toleransi Masyarakat Madura
Secara historis, Masjid Agung Sumenep dibangun pada masa Pemerintahan (Panembahan) Sumolo yang memiliki gelar Tumenggung Aria Asiruddin Natakusuma (1763 M.). Dia memerintah Sumenep dari tahun 1762 sampai 1811 M. dan merupakan putra angkat Raden Ayu Tumenggung Tirtonegoro yang menikah dengan ayah kandungnya, Bendoro Saod. Bindara Saod alias Raden Tumenggung Tirtonegoro merupakan seorang auliya’ yang dikenal sakti mandraguna, termasuk putra-putra keturunannya.
Masyarakat Madura Harus Merekonstruksi Budaya Lokal
Masyarakat Madura sudah sepatutnya untuk kembali pada jati diri dan merekonstruksi nilai-nilai luhur budaya lokal. Dalam kerangka itu, upaya yang perlu dilakukan adalah menguak makna substantif kearifan lokal, demikian dikatakan Syaf Anton Wr
Perempuan Madura, Simbol Prestise dan Tradisi Perjodohan
Perempuan juga merupakan bagian penting dalam struktur masyarakat Madura karena menjadi simbol prestise dan kehormatan sebuah keluarga
