Bahasa dan Sastra Madura Tradisional di Bangkalan
Pasca Beroperasinya Suramadu

Menurut para infornian, pada jaman sekarang, generasi muda Bangkalan sudah banyak yang tidak mau menggunakan bahasa ibunya. Di sekolah-sekolah, mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia. Mereka cenderung malu menggunakan bahasa Madura karena mau melihat jeleknya tampilan bahasa Madura di televisi yang cenderung menampilkan bahasa Madura dengan citra negatif. Akibatnya, para generasi muda sekarang suka mencampur bahasa Madura dengan bahasa lain. Fenomenainiumumnya terjadi di Bangk alan kota. Untungnya, sebaran penduduk di kabupaten Bangk alan berbeda, lebih banyak orang tinggal di daerah pinggiran dan pada yang tinggal di pusat kota. Masih tersisa 50% yang bertahan menggunakan bahasa Madura dan kelompok masyarakat ml banyak dijumpai di daerah rural Bangkalan. Jika semuanya tinggal di kota, jumahinipasti akan makin susut.

Menurut informan pula, di jaman sekarang ini, tidak hanya para generasi muda, orang-orang yang berpangkatpun (maksudnya yang menduduki jabatan strategis di Bangkalan) sudah mulai malu menggunakan bahasa Madura. Mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia atau Inggris atau bahasa lokal yang lain seperti bahasa Jawa. Menurut inform an yang merupakan pengelola yayasan, bahasa Jawa ban yak digunakan di daerah pesisir selatan Bangkalan seperti Jhunganyar, Telang, Karnal, dan Labarig. Adapun bahasa Inggris digunakan di daerah-daerah sekitar kampus misalnya kampus UTM Tel.ang Bangkalan dan STKIP PGRI Bangkalan, Mlajah.

Kuantitas penggunaan bahasa Madura di kalangan masyarakat Bangkalan, khususnya generasi muda masih sangatlah minim. Kalau dulu di RKPD (Radio Komunikasi Pemerintah Daerah) Bangkalan, di suatu waktu tertentu ada acara dialog yang menggunakan bahasa Madura, bahkan RRI Surabaya pun memiliki program dialog berbahasa madura, namun di jaman sekarang, acara-acara semacaminisudah tidak ada. Tidak pernah ada program khusus lagi melalui media kerakyatan yang memiliki tujuan mengangkat bahasa Madura di Bangk alan. Untungnya, pesantren-pesantren di Bangkalan masih mempertahankan penggunaan bahasa Madura, Para santri dituntut untuk menggunakan bahasa Madura halus untuk berkomunikasi dengan para ustaz dan kiai. Bahkan dengan sesama santri pun mereka diharapkan berbahasa Madura dengan halus.

Tulisan berkelanjutan:

  1. Perkembangan Bahasa dan Sastra Madura di Bangkalan
  2. Kondisi Umum Bahasa Sastra Madura di Bangkalan
  3. Bahasa dan Sastra Madura Tradisional di Bangkalan
  4. Merindukan Masa Keemasan Bahasa Madura

Akhir-akhir mi, bahasa Madura rupanya mulai digunakan dalam acara-acara yang formal yang berhubungan dengan adat istiadat seperti pernikahan dan pinangan. Beberapa dekade yang lalu, dalam acara resepsi pernikahan, bahasa Indonesia lebih dipilih untuk digunakan. Demikian pula dalam acara tunangan. Alasannya karena biasanya mempelai belum tentu berasal dan Madura sehingga bahasa Indonesia adalah bahasa yang cocok dan nyaman untuk digunakan. Seiring dengan waktu, trendinimulai berubah. Bahasa Madura kini juga digunakan dalam dua acara formal mi.inimenarik untuk dicermati karena terkesan bersifat paradoks. Di satu sisi, bahasa Madura terlihat kehilangan urgensinya di kalangan generasi muda, namun di sisi lain, yaitu di acara formal, bah asa Madura justru lebih dipilih untuk digunakan.initentu saja cukup menggembirakan sekaligus mengherankan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.