Sintung Media Penyatuan Diri pada Sang Pencipta

Seni Pertunjukan, Perpaduan Berbagai Unsur Seni

Kesenian Sintung adalah perpaduan dari beberapa unsur seni, yaitu seni tari, olah vokal dan musik. Adapun unsur tari yang disajikan merupakan modifikasi gerakan Hadrah, Samman, Ruddat dan gambus. Perpaduan tersebut menghasilkan rangkaian gerakan yang spesifik, tangkas, lincah, rancak serta dinamis. Sedangkan bacaan dalam syair-syair yang dibawakan merupakan bacaan shalawat dan barzanji, ber-bahasa Madura, Melayu dan Arab.

Keunikan dari kesenian Sintung ini adalah, semua instrumen alat musik berasal dari pohon siwalan. Jidor, terbuat dari pohon yang besar, begitu pula dengan gendang. Sedangkan tong-tong dibuat dari tempurung buah siwalan. Tong-tong berbentuk bulatan (2 buah), dipegang oleh setiap penari. Dan untuk mendapatkan nada yang bagus dan lembut pada jidor maupun gendang, maka permukaan alat musik tersebut dibungkus dengan kulit sapi/kambing.

Adapun dalam setiap pementasan/penampilan jumlah penari minimal 25 orang, semua penari adalah laki-laki. Penampilan para penari laki-laki tersebut diiringi oleh 5 pemusik yang terdiri dari 1 pemain pemegang jidor, 2 orang penabuh gendang ditambah 2 orang penabuh rebana. Sedangkan alat musik tong-tong, dipegang dan dimainkan oleh semua pemain/penari. Pembacaan shalawat dan barzanji dilakukan oleh 2 orang. Durasi bermain tidak terbatas, tergantung pada kebutuhan.

Adapun tata rias serta aksesoris yang digunakan dalam setiap penampilan, terdiri dari kain sarung, kemeja taqwa, ikat kepala (odheng) dan variasi aksesoris lainnya. Lazimnya setiap pementasan, warna-warna busana yang mencolok dengan memadukan warna-warna Madura mendominasi setiap penampilan.

Ragam gerak yang terdapat pada tarian Sintung, ditujukan secara vertikal kepada Sang pencipta. Dengan demikian gerakan-gerakan ragam dan tarian yang sangat dinamis ini, adalah salah satu upaya  menyatukan hati dan jiwa dalam doa. Sedangkan gerakan melompat-lompat adalah pengejawantahan rasa tanda syukur akan keagungan Tuhan, pencipta alam semesta. Karena alam dan seluruh isinya, diperuntukkan demi kemaslahatan umat manusia.

Perpaduan gerak ragam tarian rancak dan nyanyian, adalah manifestasi ungkapan perasaan manusia kepada Sang Khalik. Sebagai tanda rasa syukur terhadap nikmat yang telah dikaruniakan kepada umat manusia. Tarian ini juga menggambarkan hubungan yang sangat erat  antara sesama manusia “ Habblum Minannas”, sekaligus gambaran ketergantungan manusia pada Sang pencipta “Habblum Minallah” yang terekspresi pada gerakan-gerakan terakhir Sintung. Karena pada gerakan-gerakan terakhir inilah, inti Sintung, gerak cepat disertai ketukan kuat pada alat “tong-tong”. Konon gerakan ini menggambarkan perasaan yang menyatu dengan Sang Khalik.

Responses (4)

  1. mohon bait-2 sholawatnya dibetulkan. terlebih dahulu dikonfirmasikan kepada sang “Hedi” atau yang ahli.

    1. Terima kasih koreksinya. Lirik Sintung ini kami terima langsung dari pelakunya. Materi Sintung semua hasil konfirmasi dan wawancara dengan Ketua Perkumpulan Sintung Desa Tambak Agung Kecamatan Ambunten Sumenep, Mudhar, serta sesepuh Sintung, K. Safi’i dan Misnawi dihadapan seluruh pelaku Sintung.
      Sebagai catatan: lirik-lirik atau syair yang dimunculkan dalam seni tradisi lisan di Madura, cernderung berpadu dengan unsur bunyi yang didengar. Sehingga apa yang kita tangkap kerap menjadi “semacam dengung” yang kemudian dalam pengucapannya menjadi “suara”. Simbol dalam peristiwa kadang tidak selalu sama dengan kata atau kalimat. Tapi dalam peristiwa tradisi rakyat yang kemudian dijadikan folklore masyarakat setempat simbol kata dan kalimat akhirnya menjadi irama.
      Sejumlah kalimat bunyi yang barangkali menjadi rabaan bahwa simbol kata dan kalimat dapat disimak pada Syair Tan-mantanan ” //La sayomla haeto lillah/Ya amrasol kalimas topa’//”(http://www.lontarmadura.com/tradisi/tan-mantanan-tradisi-permainan-anak-madura-2/) dst.
      Meski demikian kami akan coba konfirmasi kembali kepada pelakunya. Silakan simak artikel yang lain

      1. terima kasih untuk respon cepat dari admin.jika demikian adanya ,kesimpulan sementara saya secara pribadi,adanya proses alih generasi yang demikian panjang dan lama tetapi kurang terpelihara mengenai perihal pakem dari ritual kesenian tsb. sehingga mengaburkan bait-2 shalawat yang dilagukan.saya yakin kalau dari pencipta terdahulunya,sholawat tidak akan berubah dari bahasa aslinya.kecuali mengenai panjang pendeknya mengikuti irama lagu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.