Naje’ Tampar: Cermin Kultus Harga Diri Orang Madura

Olahraga yang kerap dilaksanakan menjelang tanam tembakau atau pasca panen jagung itu biasanya memperebutkan hadiah berupa sepeda motor, DVD, tape, dan lainnya. Hadiah yang sebenarnya tidak sebanding dengan modal yang harus dikeluarkan. Sebab ritual dan prosesi persiapan secara spiritual dan teknis kerap membutuhkan lebih banyak dana. Akan tetapi itu tidak dianggap masalah, sebab—lagi-lagi—kemenangan cukup memberi kepuasan bagi pimpinan dan anggota kelompok.

Namun, ekses negatifnya, tarik tambang kerap pula menyemai dendam dari kelompok yang kalah atau peserta yang pernah terkena tola (doa-doa). Dendam itu biasanya akan dibalas dalam pertandingan lain. Begitu seterusnya.

Akan tetapi, terlepas dari ekses negative yang dikandungnya, beberapa dampak positif juga menjadi penopang argument bahwa naje’ tampar tetap harus dipertahankan sebagai khasanah budaya lokal Madura. Salah satunya ialah mempererat tali persaudaraan. Sebab dalam ajang itu, dipertemukan banyak kelompok dari berbagai daerah. Permainan menjadi seru dan bahkan menimbulkan tawa-riang ketika peserta membuat ulah yang aneh-aneh. Biasanya pula para ketua kelompok saling mengenal dan berteman, bahkan saling membantu dalam persoalan kehidupan sehari-hari.

Tarik tambang, karenanya pula, dapat dianggap sebagai pemersatu masyarakat. Dan yang paling penting, naje’ tampar merupakan khasanah budaya Madura yang unik dan perlu dilestarikan. (http://pedangsantri.blogspot.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.