Perintah Sunan Ampel
Menurut penuturan para tokoh setempat, Sunan Cendana mendapat perintah dari Sunan Ampel untuk menyebarkan ajaran Islam di wilayah Madura, karena saat itu masyarakat di pulau Madura ini masih banyak yang belum mengenal ajaran Islam. Amanah tersebut tentu wajib dilaksanakan. Maka berangkatlah sang Sunan menyebarkan ke wilayah Pulau Madura.
Dari kisah-kisah yang ada perjalanan Syekh Zainal Abidin atau Sunan Cendana terdapat beberapa peristiwa aneh, dan bahkan ketika menyeberang selat Madura perjalanannya dari Sunan Ampel Surabaya ketika di pantai untuk menuju pulau Madura , tiba-tiba dihampiri seekor ikan modung besar (ikan hiu) dan ia berucap: “saya siap mengantarkan kanjeng sunan” . Sebagai waliyullah tentu Sunan Cendana mahfum benar maksud ikan hiu itu. Dan selanjutnya naiklah Sunan Cendana ke punggung ikan itu . Sesampai di pula Madura, tepatnya di pesisir pantar Kwanyar, maka turunlah sunan dan kemudian berkata: ” hai ikan imbalan apa yang engkau mau dariku”, lalu sang menjawab “saya tidak mengingankan apa-apa melainkan berokah darimu”.
Dari jawaban itu tersebut, maka Sunan Cendana berjanji. “apabila ada keturunanku yang memakan engkau dan keturunanmu maka keturunan saya akan mengalami suatu penyakit kulit yang tidak bisa disembuhkan”. Setelah ucapan sunan itu lalu ikan hiu itu langsung menuju ke tengah laut. Selanjutnya sang sunan beristirahat dan kemudian melanjutkan perjalanannnya untuk menyiarkan Islam di Madura. Kisah lain yang diyakini masyarakat setempat, tepatnya di desa Kwanyar Barat pada jaman dulu kandungan tanahnya terasa agak asin (nyamnyam/banger (Madura), namun sekarang sejak kehadiran Sunan Cendana telah berubah menjadi tawar. Mengapa?
Ketika itu Syekh Zainal Abidin atau Sunan Cendana akan melakukan sholat di sebuah masjid dan mencari sumber air untuk melakukan wudhu’ dari ujung timur hingga barat desa tidak menemukan air yang dapat dijadikan wudhu’ . Dan saat itu maka Sunan Cendana kembali kemasjid tersebut dan menancapkan tongkatnya ke daerah pinggiran masjid. Dengan izin Allah maka terjadilah sebuah sumber yang deras dan hanya mampu menampung dua kolla tidak lebih atau pun kurang. Air tersebut terasa tawar tidak berasa asin. Dan sampai saat sumber air itu masih terasa tawar, berdekatan dengan laut.
Itulah kisah perjalanan Syekh Zainal Abidin atau Sunan Cendana dengan segala kemukjizatannya. Tentu masih banyak kisah dan contoh tauladan lainnya yang di contohkan oleh Sunan Cendana maupun ulama-ulama lainnya.
(Lontar Madura/dari beberapa sumber)