Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
    • Baca dan Ikuti Kisah Bersambung: Marlena
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

Cerita Rakyat Sapeken; Tèmbhuk Olo-Olo

▲ Menuju 🏛 Home ► Legenda Madura ► Cerita Rakyat Sapeken; Tèmbhuk Olo-Olo ► Page 6

Ditayangkan: 22-06-2018 | dibaca : 12,481 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Témbhuk Olo-Olo

Ilustrasi: Tamar Saraseh

Kabar meninggalnya Raden Panji Suri terdengar oleh prajurit raja Makassar yang masih bersembunyi di hutan belantara di daerah Sepanjang. Akhirnya prajurit itu memutuskan untuk membawa kepala Raden Panji Suri sebagai bukti kepada raja Makassar. Prajurit itu pun mencari mayat Raden Panji Suri dan memenggal leher Raden Panji Suri.

“Sekarang kita sudah bisa membawa Raden Panji Suri ke Makassar meski hanya kepalanya saja,” kata prajurit pada teman sesama prajurit.

Keanehan terjadi pada prajurit yang membawa kepala Raden Panji Suri. Setelah menempuh perjalanan panjang seminggu, prajurit itu mengira bahwa dirinya sudah sampai di Makassar, tetapi ternyata masih berada di perairan Sepanjang. Tak mau ambil pusing, prajurit itu berlayar lagi menuju Makassar. Lagi-lagi tak kunjung tiba di Makassar dan lagi-lagi masih tetap berada di perairan Sepanjang.

“Ada apa ini?” gumam prajurit yang keheranan dan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Karena terus terjadi keanehan itu, prajurit itu berpikir mungkin kepala itu tidak mau berpisah dengan raganya. Prajurit itu memutuskan untuk menguburkan kepala Raden Panji Suri di daerah Sepanjang tepatnya di daerah Bengbeng sedangkan badan Raden Panji dikuburkan di Pajan Barat oleh penduduk, bersisian dengan kantor perhutani daerah Sepanjang. Para prajurit itu tidak berani pulang ke Makassar tanpa hasil.  Mereka menetap dan menjadi bagian dari penduduk Sepanjang.

Di daerah Bengbeng di tengah hutan belantara itulah makam kepala Raden Panji Suri dikuburkan dan diberi nama Tèmbhuk Olo-Olo oleh penduduk setempat. Tèmbhuk Olo-Olo berasal dari bahasa Madura. Penduduk Sepanjang bagian barat (termasuk Pajan Barat dan Bengbeng) berasal dari perantauan dan peranakan daerah daratan Madura khususnya Kangean sedangkan  bagian Timur berasal dari perantauan dan peranakan daerah Sulawesi. Oleh karena itu, penduduk Sepanjang memiliki dua bahasa yaitu bahasa Madura (Kangean) dan bahasa Sulawesi (Bugis, Bajo,  dan Mandar).

Kata Tèmbhuk sendiri memiliki makna tumpukan tanah dan bebatuan sedangkan kata Olo-Olo memiliki makna kepala manusia, atau dengan kata lain memiliki makna yaitu tumpukan tanah dan bebatuan yang di dalamnya berisi kepala manusia. Namun kini Tèmbhuk Olo-Olo sudah diberi batu nisan layaknya pemakaman lainnya.

Hingga saat ini Tèmbhuk Olo-Olo masih sering dikunjungi oleh orang-orang sekitar atau dari luar. Kebanyakan orang-orang Jawa yang datang berkunjung. Ada yang hanya untuk ziarah dan ada yang melakukan semedi (bertapa) atau tirakat.

Pulau Sepanjang sendiri memiliki dua desa yaitu desa Sepanjang pada bagian Barat dan desa Tanjung Kiaok (Toroh) pada bagian Timur. Untuk bisa sampai ke desa Sepanjang, bisa melalui dua arah. Arah Barat dari Sapeken langsung ke dermaga Tembing bagian Barat Sepanjang. Dari arah Timur yaitu dari Sapeken langsung ke dermaga desa Tanjung Kiaok (Toroh). Hanya lewat jalur ini akan menempuh perjalanan yang lebih jauh.

Tulisan cerita ini telah terbit dalam bentuk buku “Bunga Rampai Cerita Rakyat Sumenep, MUTIARA YANG TERSERAK” (penerbit Rumah Literasi Sumenep, 2018)

Pages: 1 2 3 4 5 6

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Marlena
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • Dengarkan Lagu Madura

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • Terkini

    • Bindara Saod, Sautan dari Rahim Ibunda Ratu
    • Babad Tanah Madura
    • Lok-olok, Tradisi Lisan Madura
    • Perempuan Madura, Simbol Prestise dan Tradisi Perjodohan
    • Kisah Cinta; Penyebab Gugurnya Pangeran Siding Puri
    • Medan Laga Madura dalam Perang Tahta Jawa II
    • Makna Labãng Mesem, Keraton Sumenep
    • Eksplor Madura: Destinasi Wisata di Pamekasan
    • Eksplor Madura; Destinasi Wisata di Sumenep
    • Gelar Panembahan Pertama Kali di Madura

  • Banyak dikunjungi

    • Sejarah Buju’ Batu...
    • Asal Usul Leluhur Orang M...
    • Tembang Macapat Madura da...
    • Inilah Silsilah Asta Sind...
    • Tradisi Meminang Bagi Ora...
    • Bindara Saod, Sautan dari Rahim Ibunda Ratu
    • Babad Tanah Madura
    • Lok-olok, Tradisi Lisan Madura
    • Perempuan Madura, Simbol Prestise dan Tradisi Perjodohan
    • Kisah Cinta; Penyebab Gugurnya Pangeran Siding Puri

ALBUM LAGU MADURA

 

© All Rights Reserved. Lontar Madura
Free Wordpress Themes by Highervisibility.com

Close