Belajar Dari Kearifan Lokal Madura

Ilustrasi: Topeng Dalang Madura

Sementara disisi lain, ketika mereka harus menempa ilmu di sekolah, lahan yang seharusnya merepresentasikan kearifan-kearifan sudah dimonopoli oleh tekanan-tekanan keilmuan pragmatis yang konon sebagai ilmu yang mampu membuka ruang luas dalam tatanan kehidupan masa depan. Ilmu yang menjanjikan bahwa para anak didik tidak akan kelaparan dan akan mengalami kemapanan pada kehidupan selanjutnya.

Bergaul dengan Sastra

Tentu yang hadir saat ini telah memahami apa fungsi sastra. Dalam perkembangannya fungsi sastra, selain  dijadikan bahan dalam pembelajaran, baik terhadap anak-anak remaja, maupun bagi orang tua. Sebagaimana sifat sastra yakni menyenangkan dan bermanfaat. Kesenangan yang tentunya berbeda dengan kesenangan yang disuguhkan oleh karya seni lainnya.

Karya sastra  yang berisikan pemikiran, ide-ide kreatif, kisahan dan amanat penuturnya dapat berintraksi dengan masyarakat, apabila masyarakat mampu mengapreasikannya. Seseorang dapat mengapresiasikan karya sastra, tentunya harus menggauli sastra itu sendiri. Kecintaan terhadap karya sastra, akan mendorong seseorang untuk melahirkan berbagai pemikiran untuk mengapresiasikannya. Seni sastra adalah seni bahasa, sebab untuk mengerti seni sastra orang harus mengerti bahasa dan kemungkinan-kemungkinan tentang pernyataannya. Dengan mengapresiasi karya sastra peminat akan mendapatkan amanat atau pesan moral yang terdapat dalam teks bacaan sastra itu sendiri.

Itulah mengapa gerakan sastra menjadi penting, memang sastra tidak boleh didiamkan, sastra harus bicara, sastra bukan benda mati yang hanya dipajang di etalase atau rak-rak buku. Kalau boleh saya analogikan karya sastra bagaikan seorang wanita cantik secara fisik dan menarik untuk diterjemahkan, namun kecantikan tersebut pada akhirnya terhenti oleh waktu. Akibatnya, pandangan akan mengalihkan perhatian kita ke wanita yang lain walaupun masih menyimpan kenangan tentang dirinya.

Begitu juga dengan karya sastra, keindahannya bukan hanya dari struktur katanya tapi makna yang terkandung didalamnya. Tapi semuanya akan lapuk oleh waktu dengan hadirnya karya sastra yang lebih progresif dengan penampilan dan style baru, genre baru, pola baru yang lebih mempesona para pembacanya. Sebagai teks, karya sastra tidak akan berarti apa-apa bila dipandang sebagai sesuatu yang sakral, tanpa dilakukan sebuah interpretasi terhadapnya.  Akibatnya, sastra tidak akan menggumam dan tidak memberikan pencerahan pada publik penikmatnya.  Akhirnya sastra akan dipandang sebelah mata,

Sastra perlu digerakkan, disampaikan; agar nilai sakralnya dapat diterjemahkan secara utuh oleh pembaca, penikmat, dan publik;  karya sastra tidak hanya bergerak di bidang bahasa, dengan ungkapan yang indah dan imajinasi yang tinggi, namun juga harus melihat realitas yang terjadi di tengah masyarakat.  Belajar dari generasi sastra sebelumnya, sastra bukan sekedar teks, namun telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Sebagaimana gerakan budaya lokal pada masa lalu, yang ditandai dengan ungkapan-ungkapan bijak, disampaikan dengan cara elegan, dekat dan sederhana.

Tulisan bersambung

  1. Belajar Dari Kearifan Lokal Madura
  2. Implementasi Kearifan Lokal Madura

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.