Bangsacara dan Ragapadmi, Cerita Rakyat dari Mandangin Sampang

Ilustrasi

Di istana, Raja Widarba mengutus Patih Bangsapati untuk menyusul Bangsacara ke desanya karena ada tugas penting.

Patih Bangsapati sangat murka saat melihat Bangsacara ternyata sedang berduaan dengan Raden Ayu Ragapadmi di samping rumahnya.

Menurutnya, Raden Ayu Ragapadmi yang sudah kembali cantik, lebih pantas menjadi istri Raja Widarba kembali daripada menjadi istri Bangsacara.

Sebelum Bangsacara menyadari kehadirannya, Patih Bangsapati pun pulang ke istana untuk melapor.

Raja Widarba teringat kembali pada kecantikan Ragapadmi dan seketika ingin Ragapadmi dibawa kembali ke istana.

Kesempatan itu digunakan Patih Bangsapati untuk menyingkirkan Bangsacara selama-lamanya, apalagi raja mengizinkan untuk melakukan segala cara asalkan Raden Ayu Ragapadmi bisa diboyong kembali ke istana.

Patih Bangsapati kembali ke desa Bangsacara dan memberi tahu bahwa Raja Widarba menyuruh Bangsacara berburu rusa di Pulau Mendangil.

Sebagai abdi setia, tanpa rasa curiga, Bangsacara pun berangkat ke Pulau Mandingan ditemani dua ekor anjingnya.

Patih Bangsapati pura-pura kembali ke istana.

Di tengah jalan, ia berbalik menyusul Bangsacara yang sudah sampai di Pulau Mandingan.

Saat sedang mengejar rusa, tanpa disadarinya Patih Bangsapati sudah berada di belakang dan menghunuskan kerisnya.

Bangsacara jatuh tersungkur dan meninggal seketika.

Patih Bangsapati segera kembali ke istana untuk melaporkan kematian Bangsacara.

Mendapat laporan Patih Bangsapati, Raja Widarba sangat bersukacita.

Ia pun memerintahkan para pembantu dan rakyatnya untuk menghias kota raja guna menyambut kepulangan Raden Ayu Ragapadmi.

Sementara itu, tanpa sepengetahuan Patih Bangsapati, dua ekor anjing Bangsacara berenang menyeberangi lautan dan berhasil pulang ke rumah.

Ragapadmi sangat terkejut saat melihat anjing Bangsacara pulang sambil melolong-lolong.

Dengan mulutnya, anjing itu menarik-narik kain Ragapadmi seakan mengajaknya pergi

Ragapadmi menyadari bahwa anjing itu hendak mengatakan sesuatu sehingga Ragapadmi pun mengikutinya dari belakang.

Dengan susah payah, Ragapadmi akhirnya sampai di Pulau Mandingan.

Ia sangat terkejut saat melihat Bangsacara sudah terbujur kaku bersimbah darah di tanah.

Tanpa berpikir lagi, Ragapadmi segera mengambil keris yang terselip di pinggang Bangsacara dan menghunjamkan ke tubuhnya.

Seketika ia jatuh tertelungkup di atas jasad Bangsacara.

Caplok dan Tanduk melolong-lolong minta pertolongan, tetapi karena jarang ada perahu melewati lautan di sekitar pulau itu, tidak satu pun orang datang menolong.

Caplok dan Tanduk menunggui jasad Bangsacara dan Ragapadmi hingga kedua anjing itu pun ikut meninggal.

Di kota raja, Raja Widarba sudah tidak sabar menunggu kepulangan permaisurinya.

Bersama dengan para menterinya, Raja Widarba duduk gelisah di singgasana, sedangkan rakyat sudah menunggu di sepanjang jalan.

Betapa terkejutnya Raja Widarba saat melihat Patih Bangsapati datang bersama para pengawal dengan wajah sedih dan tanpa iring-iringan kereta yang membawa permaisuri.

Dengan wajah tertunduk malu dan takut, Patih Bangsapati menyampaikan kematian Raden Ayu Ragapadmi.

Seketika Raja Widarba sangat murka karena merasa dipermainkan oleh patihnya.

Patih Bangsapati pun mendapat hukuman mati atas kejahatannya.

Konon, tidak berapa lama kemudian ada sebuah perahu seorang pedagang yang hendak berdagang ke Palembang kekurangan air sehingga singgah di Pulau Mandingan.

Saat sedang mencari sumber air, sang pedagang melihat jasad Ragapadmi dan Bangsacara serta kedua anjing setianya tergeletak di tanah.

Ia segera kembali ke kapal untuk mengambil peralatan.

Dengan bantuan beberapa awak kapal, pedagang itu membuat dua liang kubur.

Liang kubur yang pertama untuk menguburkan jasad Ragapadmi dan Bangsacara, sedangkan liang kubur yang kedua untuk menguburkan Caplok dan Tanduk.

Setelah menandainya dengan nisan dan membersihkan tempat di sekelilingnya, pedagang itu meneruskan perjalanannya ke Palembang.

Konon, setelah menguburkan jasad Ragapadmi dan Bangsacara serta kedua anjingnya, sang pedagang mendapat banyak keberuntungan.

Sesampainya di Palembang, dagangannya menjadi sangat laris dan dalam waktu singkat habis terjual dengan keuntungan yang besar.

Sejak itu, konon para pedagang yang melewati perairan Pulau Mandingan akan singgah dan berziarah ke makam Bangsacara dan Ragapadmi di pulau itu.***

(dari buku Antologi Cerita Rakyat Jawa Timur terbitan Balai Bahasa Surabaya (2011)

 

Writer: Lontar MaduraEditor: Lontar Madura

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.