Topeng Gethak Tari Pembuka Ludruk Sandur

Dalam penokohan Prabu Bolodewo, misalnya,  dalam Topeng Dhalang bagi masyarakat merupakan tokoh yang amat sangat dibanggakan. Rasa bangga tersebut diungkapkan melalui ekspresi gerak yang tersusun menjadi tarian. Kata klonoan berasal dari kata kelana atau berkelana, yang bermakna Bolodewo berkelana. Tari Klonoan ini juga sebagai isyarat pembuka sajian Kesenian Sandhur.

Dalam perjalanannya, Tari Klonoan ini berubah nama menjadi Tari Topeng Getak. Perubahan nama ini terjadi sejak Tahun 1980, ketika  Parso Adiyanto masih menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya jurusan Seni Tari. Pada saat tugas akhir, ia melakukan penelitian kesenian tradisi yang hidup di wilayahnya,.

Dari hasil penelitian diperoleh petunjuk bahwa Tari Klonoan tersebut  gerak-geraknya dan peralihan tiap gerak selalu tergantung pada bunyi kendang yang berbunyi “Ge” dan “Tak”. Bunyi kendang itulah yang mengilhami penciptaan nama Topeng Getak saat itu. Sampai sekarang nama Klonoan tidak lagi digunakan dan berubah menjadi Topeng Getak.

Tari Topeng Getak dalam perjalanannya dari masa ke masa tetap menyatu beriringan  dalam satu sajian Kesenian Sandhur, bahkan seolah-olah tidak lekang karena kepanasan dan tidak lapuk karena kehujanan. Tari Topeng Getak selalu digemari oleh masyarakat di Kabupaten Pamekasan dan bahkan berkembang ke daerah Sampang, Bangkalan dan Sumenep.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.