“Memang ajaib kehadiran cemara udang di Lombang, sebab di pantai mana pun di Madura, tidak ada yang punya ciri khas seperti Lombang,” ujar Syaf Anton Wr, budayawan Sumenep.
Dari berbagai literatur, lanjut pegawai pendiri dan Ketua Dewan Kesenian Sumenep tahun 2000 itu, belum ditemukan jawaban yang pas. tentang asal-usul cemara udang di Lombang ini. Bahkan, di Indonesia, adanya hanya di Pantai Lombang.
Menurut Ahmad Fudholi, salah seorang pengepul cemara udang, warga Desa Lombang, hingga kini permintaan cemara udang dalam bentuk batang besar datang dari pedagang bonsai di Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Cemara udang dengan batang besar memiliki tingkat keindahan yang mengalahkan tanaman hias apa pun, misalnya serut, palem, pinang, dan siwalan.
Batang-batang cemara udang terlihat tua dan memiliki serat kasar, mirip pohon hutan. Daunnya mudah ditata sesuai dengan keinginan pemiliknya dan usianya bisa mencapai 50 tahun.
Tiap minggu, Fudholi bisa mengirim cemara udang hingga sepuluh truk, dengan harga yang variatif. “Terendah saya jual Rp 5 juta, tapi ada yang sampai Rp 20 juta per pohonnya,” ujar Fudholi.