Pojhiân Hodo di Luar Ritual Rutin
Selain dilaksanakan di Dukuh Pariopo, para pelaku ritual Pojhiân Hodo juga diundang oleh beberapa warga di luar Dukuh Pariopo untuk menyajikan ritual. Acaranya tetap bernuansa ritual, tetapi dilaksanakan di makam-makam leluhur (bhuju’) dan tetap bertujuan untuk memohon hujan dan kesuburan di wilayah tersebut. Bentuk penyajiannya lebih singkat, hanya membacakan mantra yang diiringi tarian dan musik. Tidak ada prosesi-prosesi lain yang biasa dilakukan saat pelaksanaan ritual rutin di Dukuh Pariopo. Undangan di luar Dukuh Pariopo merupakan apresiasi dan dukungan dari masyarakat luar terhadap upaya pelestarian Pojhiân Hodo. Mereka yang mengun- dang tentu saja juga memiliki kesamaan nilai historis dan spiritual dengan para pelaku ritual Pojhiân Hodo.
Ritual Pojhiân Hodo yang berhubungan dengan konsep kesuburan dilandasi atau dilatarbelakangi dengan prosesi ritual yang digerakkan oleh mitos tentang kisah Raden Damar Wulan. Mitos bergerak dari adanya masalah (kekeringan), kemudian ada upaya menyelesaikan masalah (semedi), akhirnya ditemukan solusi atas masalah dari upaya yang dilakukan (berkurban dan prosesi ritual). Mitos atau nilai historis tersebut telah tertanam di dalam pandangan masyarakat Padukuhan Pariopo, sehingga mereka terus mempertahankannya dengan me- lakukan ritual. Ritual tersebut tentunya berhubungan dengan konsep kesuburan sebagaimana yang sudah dikaruniakan pada masyarakat di Dukuh Pariopo.
Nilai spiritual terejawantah dalam ekspresi seni masyarakat Dukuh Pariopo dalam menjalankan praktik ritual Pojhiân Hodo. Ritual ini dimaknai sebagai sarana masyarakat untuk memanjatkan doa kepada Tuhan. Masyarakat meyakini bahwa konsep kesuburan tidak dapat dilepaskan dari relasi antara manusia, alam, dan Tuhan. Dengan demikian, ritual merupakan bentuk aktualisasi masyarakat dalam menjaga dan merawat harmonisasi ketiganya.
Nilai estetis dalam seni ritual Pojhiân Hodo dipahami sebagai sebuah perayaan atau bisa juga dikatakan sebagai representasi dari ekspresi rasa syukur masyarakat yang diaktualisasikan dalam simbol-simbol kesenian. Bagi masyarakat Dukuh Pariopo, seni bukan hanya sekadar mempresentasikan hiburan, namun juga erat kaitannya dengan memelihara proses sosial.
*****
Diangkat dari ebook Tabbhuwân: Seni Pertunjukan Masyarakat Madura di Tapal Kuda, Bab: Seni Ritual, Penulis Panakajaya Hidayatullah, Penerbit BRIN, 2024.
Tulisan bersambung
1. Pojhiân Hodo sebagai Ritual Kesuburan
2. Prosesi Ritual Pojhiân Hodo
3. Nilai Estetis Ritual Pojhiân Hodo