Tradisi Jejel, Lomba Kerbau Ala Kangean

Setelah di finish, pemilik kerbau berjoget dengan iringan musik tradisional saronen. Mereka bersyukur dan senang karena acara ritual tolak balak dapat digelar dengan meriah. Mereka seakan tak peduli dengan lumpur yang memenuhi tubuhnya. Pada dasarnya  Mam ajir juga bertujuan untuk tolak balak dan keselamatan warga petani. Tujuan utamanya untuk tolak balak, agar kehidupan warga jangan sampai diganggu oleh roh halus maupun segala macam bahaya yang setiap saat bisa saja terjadi. Kerapan kerbau untuk tolak balak itu hanya ditemui di Pulau Kangean, Sumenep. Sedangkan di kabupaten lain di Madura yakni Pamekasan, Sampang dan Kabupaten Bangkalan belum ada.

Melihat bentuk peristiwa pelaksanaannya, lomba kerbau ala Kangean ini tergolong berbahaya, karena dilepas begitu saja ditengah tempat terbuka, tidak ada pembatas antara pengunjung dengan lintasan kerbau, sehingga kerbau yang panik dan belarian itu, kerap menerobos gerombolan pengunjung termasuk didalamnya terdapat anak-anak. Maka tak heran setiap  peristiwa lomba kerbau selalu memakan korban, entah diseruduk dan terinjak oleh kerbau maupun kuda sebagai pemburu kerbau yang berlarian. Hal ini berlangsung sedemikian lama sampai kerbau tersebut menginjak finish.

Uniknya, setelah lomba kerbau tersebut berakhir, tidak ditentukan siapa yang kalah dan siapa yang menang. Sebagaimana besanan umumnya, posisi mereka sama-sama menang. Dengan kemenangan bersama itulah, kedua belah pihak melampiaskan suka citanya, asosris baju, sarung serta lainnya yang disandang kemudian dirobek-robek ditengah lapang, dengan suasa suka cita dan gempita. (syaf/Lontar Madura)

Response (1)

  1. Lomba Kerbau sangat bagus, di samping untuk memupuk kecintaan terhadap binatang yang punya nilai ritual (misal di Solo dikenal Kebo kyai Selamet, di Pati dikenal Kebo Landoh), di Zaman Kerajaan dipakai nama-nama orang kuat (Kebo Marcuet, Kebo Anabrang, Maeso Wongateleng). Kudus Kerbau menjadi daging pilihan karena ada mitos tidak boleh menyembelih Sapi.

    Mestinya pemerintah jangan hanya menetapkan kebijakan swasembada daging, karena pemikiran orang yang dimaksud daging hanya daging Sapi. Seharusnya swasembada protein hewani. Jadi semua binatang bisa dikonsumsi, kecuali yang dilarang oleh agama.

    Semoga pendapat saya ini bisa dijadikan masukan pemerintah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.