Siapa Nyai Hj. Fatmah Mawardi?
Nama Nyai Hj. Fatmah Mawardi mungkin tidak terlalu dikenal luas di kalangan masyarakat umum, khususnya dalam dunia sastra Madura modern. Namun, di lingkungan pesantren dan komunitas tarekat, nama beliau sangat dihormati dan bahkan melegenda, terutama karena karya-karya syi’ir Islami yang beliau hasilkan.
Beliau adalah seorang ulama perempuan Madura yang produktif menulis syair berbahasa Madura dan Arab Pegon, serta aktif mengembangkan pendidikan keagamaan, ekonomi kreatif, dan dakwah melalui seni.
Asal Usul dan Pendidikan Nyai Hj. Fatmah Mawardi
Nyai Fatmah lahir di Prenduan, Sumenep, pada tahun 1924 M. Ayahnya adalah H. Mawardi dan ibunya Nyai Muslihah. Nama kecilnya adalah Musarrah, dan setelah menunaikan ibadah haji, beliau mengganti namanya menjadi Fatmah.
Beliau mendapat pendidikan agama dari ayah dan pamannya, KH Djauhari Khotib, pendiri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan sekaligus tokoh tarekat Tijaniyah di Madura.
Pada usia 21 tahun, Nyai Fatmah menikah dengan sepupunya, Kiai Mashduqi dari Pamekasan, yang dikenal sebagai sosok rijalul ghaib oleh masyarakat Madura.
Kiprah dalam Dunia Tarekat Tijaniyah
Sebagai pemimpin tarekat Tijaniyah di kalangan perempuan, Nyai Fatmah mendapat baiat dari pamannya KH Djauhari pada tahun 1950-an. Peran beliau sebagai muqaddamah (pemimpin tarekat) sangat dihormati dan membentuk jejaring spiritual di kalangan perempuan Madura.
Beberapa tokoh yang pernah mendapat baiat tarekat dari beliau antara lain:
- Nyai Farialah (sepupu)
- Nyai Makhtumah Musyhab
- Nyai Zaifah
- Nyai Maisarah
- Nyai Su’udi (Kapedi)
- Nyai Annisa, dan lainnya
Kontribusi dalam Pendidikan Islam Perempuan
Nyai Fatmah memimpin dan mengelola lembaga pendidikan Tarbiyatul Banat Diniyah (TBD) di Prenduan, atas amanah dari KH Djauhari. Beliau mengajar kitab-kitab klasik seperti:
- Daqaiqul Akhbar
- Sullam
- Safinah
- Bidayah
- Tuhbatul Akhbar
Waktu pengajaran dilakukan setelah shalat Dzuhur, Ashar, dan Maghrib.
Santri-santri beliau datang dari berbagai wilayah di Sumenep dan Pamekasan, seperti:
- Nyai Halimatus Sa’diyah (Al-Amien Putri Prenduan)
- Nyai Hatimah (istri KH Jamaluddin Kafie)
- Santri dari Kapedi, Palongan, Garpanas, hingga Galis dan Pakong, Pamekasan
Kemandirian Ekonomi dan Jiwa Wirausaha
Tak hanya dalam bidang keilmuan dan agama, Nyai Fatmah juga dikenal sebagai perempuan wirausaha Madura yang tangguh. Beliau menjalankan berbagai usaha seperti:
- Menjual rengginang, kerupuk, dan permen
- Menjahit pakaian
- Usaha perikanan (memiliki perahu dan bagan sendiri)
Dari hasil usahanya, beliau berhasil naik haji dengan biaya sendiri pada tahun 1968.
Karya-Karya Syi’ir Nyai Hj. Fatmah Mawardi
Salah satu warisan terbesar Nyai Fatmah adalah kumpulan syi’ir Madura bernuansa dakwah. Beliau aktif menulis syair setelah shalat Dhuha, Tahajud, dan saat luang, menggunakan bahasa Madura dalam aksara Pegon.
Beliau membacakan syi’ir tidak hanya dalam pengajaran, tapi juga di pengajian, pertemuan keluarga, hingga perjalanan ke luar kota.
Beberapa judul syi’ir populer karya beliau antara lain:
- Hiburan Parengedan Bersama Walimatul ‘Arusyain
- Riwayatta Rasulullah
- Arkanul Islam
- Tauhidullah (Aqaaidul Khamsiina)
- Oreng Ko’ong
- Wajib Potra Ngabhakte dha’ Ebu Bapa’
- Syiir Persatuan
- Bhattala Poasa
- Belajar Qur’an
- Riwayatta Sayyidina Umar Abendhem Potra Bine’na Dhi’-Odhi’
- Sango Kobur
- Ngereng Bersatu Sama-Sama
Syi’ir beliau digunakan dalam media dakwah, acara keagamaan, maulid, pertunangan, hingga perkawinan, menjadikan beliau sosok sentral dalam pelestarian sastra lisan Madura Islami.
Wafat dan Warisan
Nyai Hj. Fatmah Mawardi wafat pada 11 Agustus 1994 M / 3 Rabi’ul Awwal 1415 H di Pesantren Badridduja, milik putranya KH Badri Mashduqi, di Kraksaan, Probolinggo.
Beliau dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Badridduja Wilayah Al Mashduqiah, Patokan, Kraksaan, Probolinggo – tanah Jawa, jauh dari kampung halamannya di Madura.
Ulama Perempuan Madura yang Harus Dikenang
Nyai Hj. Fatmah Mawardi bukan sekadar ulama perempuan Madura, tetapi juga seniman sastra pesantren, pemimpin tarekat, pendidik perempuan, dan pelaku ekonomi tangguh.
Warisannya melalui syair-syair Islami dan kontribusi terhadap pendidikan pesantren patut terus dikenang dan dipelajari oleh generasi muda, khususnya perempuan Madura.











