Jannatun Na’imah
Pada zaman dahulu, hiduplah dua orang bersaudara yang tinggal di sebuah daerah pegunungan. Mereka bernama Akbar dan Nur. Pegunungan tempat tinggal mereka sangat indah dan sejuk karena banyak tumbuh pepohonan di sana.
Desa tersebut terkenal aman dan damai. Tidak ada saling pertengkaran dan permusuhan diantar mereka. Itulah sebabnya Akbar dan Nur betah tinggal di desa tersebut. Akbar dan Nur hanya tinggal berdua saja karena orang tua mereka sudah meninggal dunia.
Akbar dan Nur adalah orang yang sederhana. Mereka selalu rajin bekerja dan tak pernah malas mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Akbar dan Nur terus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Namun karena selalu bekerja keras setiap hari dengan susah payah, akhirnya Akbar merasa bosan dan lama kelamaan ia menjadi malas untuk bekerja. Pekerjaannya sehari-hari hanya tidur dan duduk di kursi saja. Kebutuhan Akbar sehari-hari diserahkan pada adiknya Nur.Tetapi Nur sama sekali tidak merasa keberatan karena Nur adalah anak yang saleh dan suka menolong.
Suatu hari Nur melihat seorang anak kecil yang sedang menangis. Anak tersebut bernama Zahla. Zahla adalah anak yang tinggal sendirian. Kehidupan Zahla juga serba kekurangan. Meskipun zahla bukan keluarga Nur, tetapi ia sangat khawatir melihat kondisi zahla yang sangat miskin,kehilangan orang tua dan tidak punya saudara. Akhirnya Nur kemudian mengajak zahla tinggal bersamanya. Nurpun semakin giat lagi bekerja untuk menghidupi kebutuhan Akbar dan Zahla.
Suatu ketika saat musim kemarau desa tersebut dilanda kekeringan. Banyak pepohonan yang mati dan sumber air mulai habis. Semua penduduk di desa tersebut sangat susah karena kebutuhan air untuk minum dan mencuci mulai habis. Karena musim kemarau sangat panjang Nur berniat mencari sumber air
Hari demi hari Nur berusaha mencari sumber air tetapi usahanya selalu gagal. Tetapi Nur tetap berusaha dengan semangat karena Nur tidak mau Akbar dan Zahla mati kelaparan. Tak lupa Nurpun selalu berdo’a agar usahanya mencari sumber air diberi kemudahan. Namun usahanya tak kunjung berhasil.
Akhirnya Nur memberanikan diri untuk meminta tolong kepada Akbar agar membantunya mencari air.
“Akbar tolonglah aku untuk mencari air. Persediaan air kita sudah habis” pinta Nur pada Akbar yang sedang duduk bermalas-malasan.
Tanpa mempedulikan Nur Akbar menjawab, “Tidak!. Aku mau istirahat dulu”kata Akbar sambil membuang muka.
“Akbar, kamu sudah lama beristirahat. Sekarang bantu aku dulu” kata Nur sekali lagi.
“Aku kan sudah bilang aku mau beristirahat dulu. Aku kan sudah bekerja dari dulu. Aku bosan bekerja terus” jawab Akbar dengan keras.
“Akbar apakah kamu sudah lupa tentang Zahla?. Dia itu tinggal sendiri. Dia sudah kehilangan orang tuanya. Dan tidak mempunyai daudara satupun. Bagaimana jika kamu seperti Zahla. Apa yang akan kau lakukan?” Nur menasehati Akbar dengan lembut.
“Nur, kau itu adikku seharusnya kau itu mendengarkan ucapanku” kata Akbar mulai marah.Lalu Akbar masuk ke dalam kamarnya sambil membanting pintu. Ia sangat marah mendengar ucapan Nur karena ia menganggap Nur tak menghormatinya lagi.
Nur sangat sedih mendengar ucapan Akbar, tetapi Nur tetap berusaha sekuat tenaga untuk tetap mencari sumber air. Akibat kemarau yang semakin panjang maka air semakin sulit di cari. Akhirnya Nur tidak mau lagi menunggu. Iapun berniat mencari sumber air dengan cara menggali tanah untuk mencari sumber air.
Ketika Nur menggali tanah tak seorangpun yang mau membantu Nur. Bahkan mereka mengejek Nur bahwa perbuatannya itu adalah sesuatu yang sia-sia. Namun Nur tetap saja berusaha. Dengan berbekal cangkul ia menggali terus tanah di pegunungan itu. Kadang-kadang Zahla datang membawakan bekal untuk Nur dan menemani Nur ketika Nur beristirahat. Tanpa kenal lelah Nur melakukan pekerjaan itu.
Ketika malam tiba tak lupa Nur memohon petunjuk dan berdo’a setiap hari.
“Ya Allah Zahla adalah anak yang kehilangan orang tuanya dan tidak mempunyai saudara. Begitu pula Akbar saudaraku. Kami semua sangat memerlukan air untuk kehidupan kami berilah kami petunjuk apa yang harus kami lakukan “ do’a Nur setiap hari.

Akhirnya pada suatu malam tiba-tiba keluarlah air yang sangat deras dari balik bukit yang digali oleh Nur.Air itu memancar dengan deras dan bening. Melihat air tersebut orang-orang merasa heran dan takjub. Mereka tak menyangka usaha Nur akan berhasil. Namun mereka ikut merasa senang karena mereka akan mendapat air yang sangat mereka inginkan. Nurpun tidak membenci orang yang dulu mengejeknya. Bahkan ia mempersilahkan orang untuk mengambil air sepuasnya. Sejak saat itu orang sangat menaruh hormat pada Nur karena kebaikannya.
Akhirnya Nur menyuruh semua penduduk untuk menggali saluran air menuju kampung mereka agar air itu dapat mengalir dengan mudah ke kampung. Dengan bergotong-royong mereka membangun parit dan saluran air sehingga membentuk sebuah sungai yang melalui desa mereka. Mereka sangat bersyukur dengan karunia tersebut.
Dengan adanya air tersebut kehidupan mereka menjadi makmur dan sejahtera. Sejak saat itu mereka menghormati Nur sebagai orang yang saleh dan suka menolong. Akbar yang semula bersikap tidak baik pada Nur mulai menyadari keslahannya. Bahkan ia meminta maaf pada Nur. Nurpun merasa senang dengan perubahan sikap Akbar. Bahkan ia memaafkan Akbar dengan ikhlas.
Sedangkan tanah tempat Nur dulu menggali sumber air membuat pegunungan yang panjang itu terbagi menjadi dua bukit yang sama besarnya. Orang di desa kami menyebut bukit dengan kata “gunong” . Karena bukit di tempat itu ada dua akhirnya tempat itu diberi nama Gunung Kembar.
Di bukit itu pula kemudian Nur di makamkan. Setiap malam Jumat kadang ada sebagian orang yang melihat cahaya dari bukit tersebut. Namun semua orang tidak merasa takut karena mereka selalu mengingat akan kebaikan Nur dahulu. Sampai sekarang kuburan itu diberi nama “Buju’ Nur” yang artinya kuburan yang mengeluarkan cahaya. Demikianlah cerita tentang legenda Gunung kembar.











