Bangsacara dan Ragapadmi, Cerita Rakyat dari Mandangin Sampang

Ilustrasi

Alkisah, pada zaman dahulu di Pulau Madura ada sebuah kerajaan besar dan berwibawa.

Rajanya bernama Widarba. Ia dikenal sebagai raja yang adil, bijaksana, dan sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya.

Oleh karena itu, rakyat di kerajaan itu hidup makmur, damai, dan sejahtera.

Tidak ada rakyat yang kekurangan sandang, pangan, atau papan.

Masalah-masalah besar yang membuat resah warga juga hampir tidak ada.

Setiap ada masalah, raja akan menyelesaikannya dengan bijaksana sehingga tidak sampai mengusik ketenteraman warganya.

Dalam menjalankan kerajaan, Raja Widarba didampingi Patih Bangsapati, para menteri, dan seorang abdi yang sangat setia bernama Bangsacara.

Meskipun sudah berusaha memerintah dengan adil dan bijaksana, Raja Widarba tidak dapat mengetahui secara pasti perasaan para pejabat di sekelilingnya, terutama Patih Bangsapati.

Di hadapan raja, Patih Bangsapati selalu memperlihatkan sikap seorang pemimpin yang memperhatikan anak buahnya dan patuh pada raja.

Akan tetapi, diam-diam Patih Bangsapati merasa iri pada Bangsacara yang sangat dekat dengan Raja Widarba.

Raja Widarba mempunyai empat permaisuri, salah satunya bernama Ragapadmi.

Di antara empat permaisurinya itu, Ragapadmi memang permaisuri yang paling cantik.

Akan tetapi, pada suatu ketika Raden Ayu Ragapadmi tiba-tiba diserang penyakit kulit yang menjijikkan

Seluruh tubuhnya dipenuhi koreng yang melepuh bemanah hingga menimbulkan bau amis.

Kecantikannya rusak seketika, bahkan tubuhnya yang berbau amis membuat orang tidak tahan berada di dekatnya.

Raja sangat sedih menyaksikan permaisuri tercantiknya menjadi buruk rupa dan berbau.

Segala tabib dari berbagai penjuru negeri telah didatangkan untuk mengobatinya, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil.

Bahkan, kian hari penyakitnya kian parah hingga Raja Widarba tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Akhirnya Raja Widarba memberikan Raden Ayu Ragapadmi kepada abdi setianya, Bangsacara, untuk diperistri.

Sebagai abdi setia, Bangsacara tidak dapat menolak pemberian rajanya.

Ia pun mengajak Raden Ayu Ragapadmi pulang ke rumah ibunya di desa.

Ibunya sangat terkejut dan marah saat melihat Bangsacara pulang dengan seorang perempuan yang berpenyakit kulit.

Kemarahan ibunya mereda saat Bangsacara memberi tahu bahwa perempuan yang pulang bersamanya adalah permaisuri Raja Widarba yang diberikan padanya untuk diperistri.

Bahkan, saat Bangsacara bersumpah tidak akan menikahi Raden Ayu Ragapadmi, ibunya melarang dan menyuruhnya mencabut sumpah itu.

“Jangan, Anakku. Jangan bersumpah seperti itu, itu tidak baik,” kata ibunya mengingatkan.

‘Tapi, bu … mana mungkin aku menikah dengan perempuan yang berpenyakit seperti itu,” jawab Bangsacara beralasan.

“Siapa tahu dia memang jodohmu … kau tidak boleh melawan kehendak Yang Kuasa.”

“Maksud lbu, Raja Widarba Paduka memang menyuruh aku untuk menikahinya, tapi aku tidak mencintainya.”

”Bukan … bukan … Paduka Raja Widarba, tetapi Gusti Allah. Dia yang mengatur hidup manusia. Dia yang paling tahu apa yang terbaik bagi ciptaannya.”

“Apa lbu mau punya menantu yang penyakitan?”

“Kalau itu memang kehendak Gusti Allah, lbu ikhlas.”

”Tapi … mengapa tadi lbu marah-marah?”

“Karena kau kan tidak memberi tahu lbu sebelumnya, jadi lbu terkejut dan merasa tidak dihargai.”

“Jadi … sekarang bagaimana? Aku menurut pada lbu saja.”

”Nah, begitu. Kau memang anak yang baik,” kata sang ibu sambil menepuk-nepuk pundak Bangsacara.

“Kembalilah ke istana, barangkali Paduka Raja membutuhkanmu lagi. Raden Ayu Ragapadmi biar tinggal bersamaku. lbu akan mencoba mengobatinya. Kasihan, tentu dia sangat menderita. Sudah berpenyakit, dibuang pula.”

”Baiklah, Bu. Aku berangkat dulu,” kata Bangsacara sambil mencium tangan ibunya.

Setelah Bangsacara kembali ke istana, ibunya segera merawat dan mengobati Ragapadmi dengan penuh kasih sayang layaknya seorang ibu merawat anaknya.

Setiap hari Ragapadmi dimandikan dengan ramuan daun-daunan obat untuk mengeringkan koreng yang bernanah.

Selanjutnya, untuk menghilangkan bau amis, Ragapadmi dimandikan dengan air kembang setaman.

Pengobatan itu dijalani Ragapadmi selama berbulan-bulan

Berkat ketekunan dan kesabaran ibunya Bangsacara itulah, penyakit Ragapadmi pelan-pelan menghilang.

Ragapadmi sembuh dan kembali cantik seperti semula

Ragapadmi pun sangat berterima kasih.

Ketika pulang untuk menengok ibunya di desa, Bangsacara sangat terkejut melihat Raden Ayu Ragapadmi sudah cantik kembali seperti ketika tinggal di istana.

Ia hampir tidak percaya pada penglihatannya seandainya ibunya tidak memberitahunya bahwa perempuan itu benar-benar Raden Ayu Ragapadmi yang sudah sembuh dari penyakitnya.

Seketika ia jatuh cinta dan lupa pulang kembali ke istana.

Ragapadmi pun menerima cinta Bangsacara dengan tulus.

Apalagi, hubungan mereka telah direstui sang ibu

Writer: Lontar MaduraEditor: Lontar Madura

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.