Catatan Rusdi El Umar
Salah satu destinasi wisata yang ada di Pulau Sakala, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur adalah Batu Mak Dengkeng. Tempat ini berada di ujung utara pulau terluar Pulau Sapeken.
Setelah melakukan kegiatan dinas di lembaga pendidikan setempat, saya diajak teman pengawas pendidikan untuk singgah di sebuah pantai yaitu terdapat yang konon dikeramatkan masyarakat setempat, yaitu sebuah batu besar yang ada di pantai tersebut. Tidak sedikit warga sekitar bahkan dari luar Sakala sendiri yang mempercayai bahwa batu tersebut memiliki muatan mistis.
Sepintas, memang terlihat tampak keanehan pada batu yang kemudian dikenal sebagai batu Mak Dengkeng. Sebuah batu besar bertengger di batu lain dengan pondasi yang cukup ekstrem. Secara akal jika kena senggol sedikit saja batu tersebut akan menggelinding.
Tetapi, hingga detik ini, meskipun dihantam oleh badai, ombak besar, angin kencang, dan goncangan alam lainnya, batu Mak Dengkeng tersebut masih teguh, tangguh, kokoh, di tempat semula. Tidak bergeser sedikitpun. Meski mungkin saja masih ada di tempat lain batu yang memiliki keanehan sedemikian.
Dari pengakuan seseorang yang sempat saya temui, mengatakan bahwa ada banyak masyarakat yang berkunjung ke batu tersebut dengan keinginan tertentu. Mereka mengaitkan batu kecil di Mak Dengkeng sambil menyebutkan keinginan, kemudian bernazar jika keinginannya terkabulkan akan kembali berkunjung. Masih katanya sumber tersebut, tidak sedikit mereka yang kembali karena keinginannya terkahulkan. Bahkan ada yang sampai membawa kambing segala sebegai tumbal (tidak diceritakan kambing tersebut kemudian diapakan).
Menurut saya, tidak ada kesan mistis pada batu tersebut. Karena masih bisa dilogikakan, bahwa di tengah dasar batu itu mungkin ada pasak yang menahan batu agar tidak bergeser. Sama dengan batu yang sengaja ditaruh di atas batu lain, tetapi diberi penahan yang tak kasat mata sehingga batu itu akan tetap diam di tempat yang diinginkan. Meski demikian saya tidak menyalahkan mereka yang beranggapan mistis. Biarkan saja mereka dengan logikanya yang ada. Selama tidak menyembah batu tersebut, mereka masih makhluk Allah SWT dan umat Muhamad SAW.
Mak Dengkeng, Liang, dan Sumur Tua
Dari sumber yang sama, di Sakala ada (selain) Mak Dengkeng, ada juga Liang (goa) dan Sumur Tua. Menurut legenda, goa (liang) yang ada di tempat tersebut bersambung dengan Mak Dengkeng. Menurut cerita, ada seseorang yang masuk ke goa (liang) kemudian muncul di Mak Dengkeng dengan segala ritual mistisnya. Bahkan hingga berlanjut dan muncul di pulau Sulawesi. Soro nemmo? Ya ta’ nemmo,,,
Sementara, di sumur tua ada dua sumur. Satu sumur bau sabun yang kemudian disebut sebagai perempuan. Sementara yang lainnya air biasa yang kemudian disebut sebagai laki-laki. Sumur tua tersebut dianggap oleh masyarakat sekitar sebagai sumur suami istri. Jika ditarik garis lurus, antara sumur tua, liang, dan Mak Dengkeng berada pada satu garis lurus.
Demikian itu legenda yang ada di Pulau Sakala. Saya mendapatkan kisah tersebut hanya dari dua sumber. Jika ditelusuri lebih jauh mungkin masih ada kisah-kisah menarik lainnya. Jika ada waktu, suatu waktu nanti saya akan mengeksplor lebih jauh terkait dengan legenda yang ada di Pulau paling timur pulau Madura; Sakala. Wallahu A’lam!