Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

Upacara Adat Pangantan Benusan di Sumenep

▲ Menuju 🏛 Home ► Tradisi Madura ► Upacara Adat Pangantan Benusan di Sumenep ► Page 7

Ditayangkan: 27-03-2012 | dibaca : 9,766 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Yang kedua harus punya keteran (burung perkutut) yaitu  ke punya arti kiyai, ulama . Belajar dan belajarlah pada kiyai atau ulama sampau mempunyai jimat (ngaji sampai tammat, meski sampai liang lahat ). Sedang kata te: punya makna papate (patih). Setiap warga harus patuh dan mengabdi pada pimpinan, karena dalam falsafah Madhura dikenal dengan ungkapan bhupa’, bhabu’, guru, rato, jadi setiap manusia wajib mengadi serta serta berdedikasi diri sebagai warga negara ,bermasyarakat dan berlingkungan yang baik. Kemudian kata ran, yaitu pangeran. Setiap manusia harus mempunyai semangat dan jiwa pangeran, kreatif, inonatif dan mempunya wawasan kedepan, yang nantinya akan menjadi raja atau pemipin bangsa dan negara

Yang ketiga, yaitu harus ngobu jharan (memelihara kuda). Bahwa jharan atau kuda dikiaskan sebagai hewan yang tangguh, tidak bermalas-malasan, suka bekerja berat meski menanggung beban berat. Itulah antara gambaran jharan sebagai motivasi calon pengantin yang nantinya akan menjalani luku-liku hidup harus berjuang keras untuk memenuhi kehidupan jasmani dan ruhaninya.

Itulah antara lain petuah-petuah yang disampaikan para pengirim dari kedua belah bihak. Dialog ini disampiakan secara santai, kekeluargaan namun sarat makna yang dikandungnya.

Menurut Moh. Taufik, salah seorang yang kerap dipercaya sebagai wakil keluarga pengantin itu, menyatakan bahwa sampai saat ini tradisi dan upacara adat Pangantan Bannusan  masih berlangsung, khususnya di sekitar Desa Braji dan Karangbudi. Taufik yang telah menerbitkan buku Sangkolan Bukona Tamba, tampaknya menjadi generasi terakhir yang akan berusaha mempertankan tradisi tersebut. (Syaf Anton Wr/Lontar Madura)

Pages: 1 2 3 4 5 6 7

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • ▶ ᴅᴇɴɢᴀʀᴋᴀɴ

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • ᴘᴏsᴛɪɴɢ ᴘɪʟɪʜᴀɴ

    • Ghumbak, Upacara Ritual Penyucian Pusaka
      📚 Tradisi Madura
    • Pangantan Ngombi’ Nyeor, Adat Perkawinan Masyarakat Batuputih
      📚 Tradisi Madura
    • Pusat Pemerintahan Sipil Pindah Ke Sumenep
      📚 Sejarah Madura
    • Sejarah Buju’ Batu Ampar Pamekasan
      📚 Sejarah Madura
    • Awal Kedatangan Leluhur di Tanah Madura
      📚 Sejarah Madura

ALBUM LAGU MADURA

 
http://bahasa.madura.web.id/utama.php

Beralih Versi Mobile


© All Rights Reserved. Lontar Madura
Tim Pengelola | Privacy Policy | Disclaimers

Close