Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

Tradisi Toron: Konstruksi Agama, Budaya atau Sosial

▲ Menuju 🏛 Home ► Budaya Madura ► Tradisi Toron: Konstruksi Agama, Budaya atau Sosial ► Page 4

Ditayangkan: 20-02-2013 | dibaca : 15,667 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Lebih jauh, nampaknya tesis Weber itu pun sejatinya tidak berlaku bagi etnis Madura yang mayoritas sebagai Muslim. “Orang Madura tidak takut kehilangan tanah atau hartanya, akan tetapi mereka takut kehilangan pekerjaannya,” (Kuntowijoyo, 2002: 592). Pernyataan ini ditafsirkan oleh Rifai, “oreng Madhura ta’ tako’ mate, tape tako’ kalaparan.” Maksudnya, orang Madura tidak takut mati karena hal itu sudah merupakan takdir Tuhan yang tidak mungkin dihindari. Tetapi mereka takut lapar karena kelaparan tidak lain disebabkan oleh ulah dirinya yang tidak rajin dan kerja keras dalam bekerja (Rifai, 2007: 347).

Karena itu salah satu karakter etnis Madura yang sangat terkenal adalah mereka pekerja keras, rajin, sungguh-sungguh, dan mau bekerja keras. Bahkan menurut Soeroso, dengan banyaknya pondok pesantren dan kepatuhan terhadap kyai, nampaknya juga berpengaruh terhadap jiwa wiraswasta etnis Madura karena pendidikan pondok pesantren secara nyata mampu mendidik insan yang mandiri (Soeroso, 1996: 4). Saat ini di Madura, terdapat 1157 pondok pesantren, dengan rincian, Bangkalan 236, Sampang 278, Pamekasan 404, dan Sumenep 239 (Data Kanwil Kemenag Jatim, 2012).

Bagi etnis Madura kerja keras adalah simbol harga diri atau pertaruhan diri di tengah keluarga dan masyarakat luas, sehingga apabila ada yang malas berarti tidak mempunyai harga diri dan sangat aib bagi mereka. Karena itu dalam bekerja mereka tidak memilih jenis pekerjaan apa pun, karena yang dikejar adalah hasilnya sebagai penyambung hidup.

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • ▶ ᴅᴇɴɢᴀʀᴋᴀɴ

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • ᴘᴏsᴛɪɴɢ ᴘɪʟɪʜᴀɴ

    • Serangan Balasan Terhadap Belanda di Desa Morsomber
      📚 Sejarah Madura
    • Keraton Mini, Peninggalan Panembahan Somala di Desa Lalangon
      📚 Wisata Madura
    • Kearifan Lokal Masyarakat Madura Dalam Mengkonservasi Tumbuhan Obat
      📚 Tradisi Madura
    • Pembabat Giliyang Adalah Ulama Besar
      📚 Sejarah Madura
    • Membangun Kekuatan Sastra (Wan) Madura
      📚 Sastra Madura

ALBUM LAGU MADURA

 
http://bahasa.madura.web.id/utama.php

Beralih Versi Mobile


© All Rights Reserved. Lontar Madura
Tim Pengelola | Privacy Policy | Disclaimers

Close