Syi’ir Madura Media Kontemplasi dan Laku Dzikir Di Madura

 oleh : haeruzz

Syi’ir Madura merupakan salah satu bentuk tradisi lisan di Madura. Selain Syi’ir Madura, juga terdapat tradisi lisan Madura yang lain seperti wayang wong, ludruk, dan macapat. Syi’ir Madura disebut tradisi lisan karena Syi’ir Madura merupakan wujud kesenian rakyat yang menampilkan cerita yang dinyanyikan. Terdapatnya cerita yang dinyanyikan, menjadikan Syi’ir Madura dapat dikategorikan sebagai sastra lisan. Tradisi lisan adalah berbagai pengetahuan dan adat kebiasaan yang secara turun temurun disampaikan secara lisan dan mencakup hal-hal berikut:

Suatu tradisi lisan dapat dianggap sebagai sastra lisan, apabila tradisi lisan tersebut tersebut mengandung asonansi, aliterasi, perlambang, dan lain-lain, yang oleh masyarakat setempat dianggap sebagai suatu keindahan (Hutomo, 1991:95). Asonansi, aliterasi, dan perlambang dapat berbentuk cerita atau lagu yang terdapat dalam tradisi lisan. Dalam Syi’ir Madura asonansi dan aliterasi berbentuk lagu berbahasa Madura dan juga berbahasa Arab.

Syi’ir Madura sebagai seni tradisi berdasarkan beberapa argumen di atas, memenuhi kriteria untuk dianggap sastra lisan. Karena dalam Syi’ir Madura, terdapat cerita yang dinyanyikan dan disertai musik dan gerak terbatas, seperti yang disyaratkan dalam gradasi sastra lisan. Syi’ir Madura dikatakan sebagai tradisi, karena keberadaan Syi’ir Madura melekat dalam hati anggotanya.

Syi’ir Madura dapat dipandang sebagai folklor atau kebudayaan lisan, karena keberadaan Syi’ir Madura juga melalui bentuk pewarisan budaya secara turun temurun, disebarkan melalui lisan, dan disertai gerak isyarat tari sebagai pembantu pengingat. Karena keberadaannya diwariskan secara lisan, Syi’ir Madura di Madura juga mempunyai beberapa varian yang dalam beberapa hal mempunyai perbedaaan tertentu. Cerita yang dinyanyikan dalam Syi’ir Madura bersifat hapalan dan isinya merujuk pada ajaran-ajaran sufistik.

Syi’ir Madura sebenarnya adalah bentuk akulturasi seni yang berasal dari tarian dengan bacaan-bacaan tertentu, dari kelompok tharekat yang dikembangkan sufi Samman (Bouvier, 2002:219; Mansurnoor, 1990:189). Kuntowijoyo (1991:46) mengatakan bahwa di Indonesia terdapat beberapa tradisi yang merupakan akulturasi dari kelompok tarekat, seperti tarekat Jalaludin Rumi. Asalnya tradisi atau tarian ini merupakan tarian sufistik untuk mendekatkan diri kepada sang Khalik.

Syi’ir Madura bertahan hidup dengan pola arisan. Semua anggota Syi’ir Madura diharuskan mengikuti arisan yang diundi setiap pementasan. Anggota yang dapat undian arisan berarti juga menjadi penanggap kesenian tradisi ini. Selain itu tradisi Syi’ir Madura juga dipentaskan dalam acara-acara seremonial lainnya, seperti sunatan, selamatan desa, dan beberapa acara adat lainnya. Fungsi yang sebenarnya adalah sebagai sarana ritual keagamaan dan dibumbui fungsi hiburan. Fungsi hiburan ini terbangun, karena dalam struktur Syi’ir Madura diselingi dengan tari-tarian yang kadang sampai “memabukkan”.

Analisis struktur mengupas struktur pertunjukan dan struktur teks Syi’ir Madura. Struktur pertunjukan mengupas sejarah perkembangan Syi’ir Madura, lagu Syi’ir Madura, zikir Syi’ir Madura, alat musik Syi’ir Madura, dan tari Syi’ir Madura. Sedangkan analisis struktur teks yang menggunakan pendekatan teori formula Lord menghasilkan bahwa gaya formula disebut semacam gaya perakit, assembling style. Unsur-unsur formula dan formulaik dapat dirakit dalam berbagai kombinasi, baik sintaksis maupun morfologis. bait-bait Samman merupakan kombinasi dari unsur formulaik sebagai berikut: “manusia yang berbuat dosa karena tidak mampu menolak godaan syetan, ketka mati, jasad dan ruhnya akan disiksa di kubur dan akhirat. Apabila manusia tidak mau disiksa, ia harus bertobat, beribadah kepada Allah, dan banyak bersedekah”.

Nilai Budaya Syi’ir Madura

Analisis nilai budaya yang berlandaskan pendekatan sosiologi sastra menghasilkan temuan; pertama, nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan; Kedua, nilai sosial yang berhubungan dengan manusia sebagai makhluk social. Ketiga, nilai budaya yang berhubungan degan manusia sebagai individu.

Pengaruh Syi’ir Madura

Analisis pengaruh yang juga menggunakan pendekatan Sosiologi Sastra dalam Syi’ir Madura pada masyarakat Madura menghasilkan temuan bahwa akibat lagu lagu Syi’ir Madura menimbulkan pengaruh; (1) keyakinan akan datangnya ruh, (2) dialog mayat dan prilaku mayasrakat Madura, (3) permintaan mayat, (4) kebangkitan mayat dan konstruksi kubur, (5) bahasa Arab sebagai bahasa yang digunakan malaikat kubur, (6) pandangan negatif masyarakat tentang alat musik seruling, (7) mitos tentang ular dan kalajengking, (8) gambaran tentang malaikat Mungkar dan Nakir.

Fungsi Syi’ir Madura

Analisis fungsi menghasilkan temuan bahwa Syi’ir Madura mempunyai fungsi (1) mengubah pekerjaan menjadi menyenangkan., (2) fungsi pendidikan antara lain, (a) godaan setan saat sakaratul maut, (b) keadaan sakaratul maut, (c) Malaikat dan pertanyaan kubur, (d) kebangkitan manusia dari kubur, (e) siksa neraka, dan (f) tentang surga, (3) fungsi kritik sosial.

Struktur Syi’ir Madura

Menurut, (Lord 1976:30) formula adalah kelompok kata yang secara teratur digunakan dalam kondisi mantra yang sama untuk mengungkapkan ide pokok tertentu. Formula muncul berkali-kali dalam cerita yang dapat berbentuk kata, frase, klausa, atau larik. Untuk menghasilkan frase ada dua macam jalan yang digunakan pencerita; dengan cara mengingat dan menciptakan melalui analogi frase-frase lain yang pernah didengar atau yang telah ada, (Tutoli, 1990:18).

Setiap baris dalam kelompok tersebut mempunyai hubungan sintaksis. Baris, (55) mempunyai hubungan sintaksis dengan baris, (60). Kedua kalimat tersebut berpola keterangan, subjek, dan predikat. Begitu pula dengan baris, (65) mempunyai hubungan sintaksis dengan baris, (70).

Hubungan Berdasarkan Kata Yang Sama

Perulangan struktur baris atau susunan kata dalam baris sangat banyak ditemukan dalam syair “Syair Madura”. Perulangan struktur yang sama ini terjadi karena perulangan kata pada posisi yang sama. Hal ini dapat dimasukkan pada paralelisme, yaitu kesamaan struktur antarkalimat atau bagian kalimat. Selain strukturnya dan beberapa kata yang sama, kadang-kadang diikuti pula oleh perulangan makna atau kemiripan makna. Contoh di bawah ini dapat memperlihatkan hal tersebut: hal tersebut terdapat pada baris (TS) 25,30,35

Hubungan Berdasarkan Persajakan

Bunyi akhir atau rima dapat menandai hubungan atau keterikatan baris-baris dalam bait. Contoh persajakan yang terdiri atas bunyi akhir yang sama adalah sebagai berikut: hal tersebut terdapat pada baris (TS) 85-90

Semua bunyi a pada akhir baris dalam contoh, (TS, 40-50) adalah bunyi akhir data kata-kata asalnya, yaitu dharaka ‘durhaka’, naraka ‘neraka’, aghuna ‘berguna’, sala ‘salah;. Sedangkan pada contoh, (TS, 155-160) merupakan unsur sufiks atau akhiran –aghi, yaitu pateppaq aghi ‘dibenarkan’, solatagi ‘disolatkan’, ngocaq agi ‘dikatakan’:

Pada baris (TS, 85-90) merupakan contoh rima yang disusun dengan akhir na yang melekat pada kata dasarnya yaitu kata kennenganna ‘tempatnya’, ocaqna ‘ucapannya’, aengnga ‘airnya’.

Dalam Syair Madura terdapat kata-kata yang diulang. Oleh karena itu peneliti telah memilih kata yang sama dan diperoleh berdasarkan pilihan kata, jumlah kata, data kata dalam Syair Madura, yakni:

  1. kata mate ‘mati’ pada Syair Madura terdapat 9 kata yang sama. Kata-kata tersebut terdapat pada data Syair Madura pada data nomor; 1, 10, 35, 40, 40,170.
  2. kata Allah ‘Allah’ pada Syair Madura terdapat 13 kata yang sama. Kata-kata tersebut terdapat pada data Syair Madura pada data nomor; 10, 10, 70, 70, 9, 110, 130, 180, 420, 565, 570, 590, 690.
  3. kata setan ‘setan’ pada Syair Madura terdapat 10 kata yang sama. Kata-kata tersebut terdapat pada data Syair Madura pada data nomor; 60, 60, 70, 75, 90, 90, 105, 115, 120, 125.
  4. kata naraka ‘neraka’ pada Syair Madura terdapat 11 kata yang sama. Kata-kata tersebut terdapat pada data Syair Madura pada data nomor; 45, 300, 420, 495, 495, 500, 505, 525, 530, 580, 595.
  5. kata oreng ‘orang’ pada Syair Madura terdapat 52 kata yang sama. Kata-kata tersebut terdapat pada data Syair Madura pada data nomor; 25, 75, 85, 100, 105, 115, 115, 125, 125, 130, 140, 140, 175, 185, 260, 260, 300, 315, 320, 320, 385, 455, 465, 470, 470, 470, 480, 490, 495, 500, 515, 530, 535, 550, 550, 560, 560, 565, 570, 585, 585, 590, 595, 600, 605, 610, 620, 625, 660, 665.
  6. kata al-quran ‘al-quran’ pada Syair Madura terdapat 5 kata yang sama. Kata-kata tersebut terdapat pada data Syair Madura pada data nomor; 10, 280, 280, 285, 695.
  7. kata bharisan ‘barisan’ pada Syair Madura terdapat 9 kata yang sama. Kata-kata tersebut terdapat pada data Syair Madura pada data nomor; 395, 400, 430, 440, 450, 460, 460, 465, 475, 490.

Kecendrungan Pengunaan Kata Pada Posisi Tertentu

Berdasarkan pendapat, (Lord 1976:41-42) yang mengatakan bahwa banyak formula awal dimulai dengan verba Bantu, yang diikuti oleh verba atau nomina. Dalam syair “Syair Madura” banyak baris yang dimulai dengan preposisi, konjungsi, dan partikel, serta kata-kata yang dimasukkan pada jenis adverbial. Contoh yang terdapat pada baris ke (TS) 35 dapat menggambarkan deskripsi di atas.

Dalam baris-baris di atas hampir semua baris dimulai dengan partikel dan adverbial. Kata-kata yang termasuk partikel dalam contoh di atas adalah e ‘di’. Semua partikel pada contoh di atas diikuti nomina.

System Formula

Sedangkan analisis struktur teks yang menggunakan pendekatan teori formula Lord menghasilkan bahwa gaya formula disebut semacam gaya perakit, assembling style. Unsur-unsur formula dan formulaik dapat dirakit dalam berbagai kombinasi, baik sintaksis maupun morfologis. bait-bait Samman merupakan kombinasi dari unsur formulaik sebagai berikut: “manusia yang berbuat dosa karena tidak mampu menolak godaan syetan, ketka mati, jasad dan ruhnya akan disiksa di kubur dan akhirat. Apabila manusia tidak mau disiksa, ia harus bertobat, beribadah kepada Allah, dan banyak bersedekah”.

Nilai Budaya Syi’ir Madura

Analisis nilai budaya dengan pendekatan sosiologi sastra menghasilkan temuan:

Nilai Budaya dalam Hubungan Manusia dengan Tuhan

Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan antara lain; pertama, kesadaran akan datangnya maut. Syi’ir Maduraini mengingatkan bahwa dengan mengingat mati, keinginan menuruti hawa nafsunya dapat diminimalkan. Peringatan tentang hal tersebut dilanjutkan pada bait yang lain. Kedua, kesadaran mencari ilmu. Menurut Adnan (hasil wawancara) “mengaji” dalam pandangan masyarakat Madura selain berarti belajar dan membaca Alquran, juga berarti mempelajari dan mendalami agama. Tradisi mengaji dalam arti yang kedua ini berwujud kegiatan membahas dan mempelajari isi kitab kuning yang berisi uraian panjang tentang ajaran agama.

Ketiga, kesadaran melaksanakan Rukun Islam. Rukun Islam yang paling banyak disinggung dalam syair Sammam adalah masalah salat. Melaksanakan salat persoalan ritual yang berkaitan dengan kegiatan fisik, tetapi juga berkaitan dengan aspek mental. Keempat, pengesaan Allah (nilai Tauhid). Semua orang berhak mendekatkan diri kepada Tuhan dan tidak seorangpun berhak mengklaim bahwa paling dekat kepadanya karena ia merasa paling takwa. Syair ini secara implisit mengingatkan bahwa kesombongan dalam hal spritual akan mengakibatkan kerugian pada dirinya sendiri.

Kelima, nilai berbaik sangka kepada Allah. Di mata Tuhan, menurut pandangan pelagu Samman, tidak ada orang miskin dan tidak ada orang kaya, semua sama. Miskin dan kaya hanya ukuran yang dibuat manusia berdasarkan kecenderungan tertentu. Keadilan dan kebijaksanaan Tuhan tidak terikat dan terbatas pada status miskin dan kaya yang dibuat manusia.

Keenam, nilai kesadaran bertaubat. Menyesali dosa berarti orang yang mau bertaubat benar-benar memahami perbuatan dosa apa yang telah dilakukan. Orang yang menyesal merasa dirinya benar-benar hina karena melakukan dosa, dan tidak akan mencari pembenaran terhadap perbuatan salah yang telah diperbuat.

Nilai Budaya dalam Hubungan Manusia dengan Tuhan Makhluk Sosial

Nilai sosial yang berhubungan dengan manusia sebagai makhluk sosial antara lain; pertama, kerelaan berkorban untuk orang lain Dalam syair Syi’ir Madura terdapat penekanan terhadap anak-cucu untuk selalu bersedekah setiap hari Selasa dan Jumat, terutama bagi yang mempunyai keluarga yang sudah meninggal. Dengan selalu memupuk kemauan bersedekah diharapkan keturunannya menjadi anak yang baik yang akan senantiasa menjadi penyambung amal bagi orang tuanya. Kedua, menghormati tetangga. Dalam agama Islam tetangga mempunyai hak-hak yang harus dihormati (Alghazali, 1998: 415).

Nilai Budaya dalam Hubungan Manusia dengan Tuhan Makhluk Sosial

Nilai budaya yang berhubungan dengan manusia sebagai individu antara lain; pertama nilai kesabaran. Sabar yang dimaksud dalam syair Syi’ir Madura tersebut adalah sabar terhadap berbagai hal yang terjadi dalam proses hidup sampai menjelang kematian. Seperti yang dikemukakkan Alghazali (1998:904) salah satu wujud sabar dalam Syi’ir Madura adalah sabar terhadap dirinya sendiri, yaitu mampu mengekang hawa nafsunya.Kedua, nilai kesederhanaan. Ketiga mempererat silaturrahim, nilai kerukunan, nilai keteguhan terhadap keyakinan, dan nilai menghormati orang tua.

Pengaruh Syi’ir Madura

Analisis pengaruh yang juga menggunakan pendekatan Sosiologi Sastra dalam Syi’ir Madura pada masyarakat Madura menghasilkan temuan bahwa akibat lagu lagu Syi’ir Madura menimbulkan pengaruh; keyakinan akan datangnya ruh dan kaitannya dengan tradisi sedekah. Pemahaman tentang kedatangan ruh ini menimbulkan kepercayaan masyarakat Madura bahwa pada acara tahlilan malam ketiga dan ketujuh, bulan Rajab dan Asyura dan malam-malam tertentu pihak keluarga harus memberi sajian makan pada peserta tahlil. Sajian makan tersebut adalah wujud sedekah pada ruh.

Masyarakat Madura juga percaya tentang dialognya mayat dan prilaku mayasrakat Madura. Dalam Syi’ir Maduradigambarkan jeritan mayat sampai membuat hewan yang mendengar juga ikut merespon jeritan tersebut. Dalam kepercayaan tradisional Madura, hewan diyakini dapat melihat dan mendengar kehadiran mahkluk-mahkluk halus, oleh karena itu apabila ada hewan bersuara pada malam hari, diyakini telah melihat kehadiran mahkluk halus. Menurut Adnan (hasil wawancara) Masyarakat juga percaya bahwa mayat yang dilangkahi binatang (seperti kucing dan ayam) akan bangkit mengikuti langkah binatang tersebut. Oleh karena itu mayat harus dijaga agar tidak didekati binatang.

Permintaan mayat dipercayai harus dipenuhi kaitannya dengan sedekah kubur. Saat mayat sedang diletakkan di pinggir kubur. Tradisi yang berkembang di Madura, orang yang salah satu keluarganya meninggal harus bersedekah saat upacara pemakaman. Sedekah yang umumnya dilakukan adalah memberi satu kilogram beras dengan uang receh untuk semua orang yang hadir di pemakaman. Sedekah ini diyakini akan memudahkan atau meringankan beban yang akan dihadapi mayat saat menjawab pertanyaan malaikat Rumanan dan malaikat Mungkar Nakir.

Fungsi Syi’ir Madura

Analisis fungsi menghasilkan temuan bahwa Syi’ir Madura mempunyai fungsi antara lain:

Fungsi Mengubah Pekerjaan Menjadi Menyenangkan

Dakwah atau pekerjaan memberikan peringatan merupakan aktivitas yang terkadang menjenuhkan, pendakwah harus mengembangkan strategi sebaik mungkin agar apa yang disampaikan dapat diterima oleh orang lain. Orang yang mendengarkan nasihat yang disampaikan secara konvensional sering mengalami kejenuhan

Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan dalam Syi’ir Madura sangat menonjol sekali. Fungsi pendidikan tersebut antara lain, pertama; pemahaman pada masyarakat tentang godaan setan saat sakaratul maut. Godaan setan saat sakaratul maut dapat bermacam-macam, dapat menyerupai orang tua, guru, atau sahabatnya agar mengikuti ajakannya.

Kedua, pemahaman tentang keadaan sakaratul maut. Dalam syair Syi’ir Madura orang yang sedang sakaratul maut digambarkan mengalami kesakitan yang luar biasa. Saat itu setan datang dengan rupa yang bermacam-macam, seolah-olah mau memberi obat.

Ketiga, pemahaman tentang Malaikat kubur dan pertanyaan kubur. Syi’ir Madura juga memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang seluk beluk pertanyaan kubur. Masyarakat Madura percaya, pada langkah ketujuh orang yang terakhir meninggalkan pemakaman, mayat akan tebangun lagi. Mayat yang soleh akan rebah sesuai posisi semula, sebaliknya mayat yang tidak baik akan rebah tidak sesuai dengan posisi semula. Sebelum diperiksa oleh Mungkar dan Nakir, dikisahkan dalam syiir Syi’ir Madura, mayat dalam kubur didatangi oleh seorang malaikat yang disebut Aruman.

Keempat pendidikan tentang golongan-golongan manusia saat dibangkitkan dari kubur. Masyarakat juga diajarkan tentang pendidikan tentang siksa neraka dan pendidikan tentang surga.

sumber: http://haeruzz.wordpress.com/

Responses (3)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.