Sastra Madura: Potensi, Realita, dan Harapan

 d) Saloka

Saloka adalah kata-kata sastra yang berisi berisi petuah-petuah bijak, dan penuh makna. Sering disampaikan dalam banyak acara dan dalam tulisan-tulisan sastra Madura. Kebenaran dari isi petuah-petuah bijak ini telah banyak dibuktikan  sehingga orang yang mendengar atau membaca akan selalu membenarkannya dan meyakini. Contoh

  1. Juda nagara potos: hokum nagara ta’ ekenneng tandhinge (Yuda Negara Putus; Hukum negara tidak bisa ditandingi)
  2. Namen cabbi molong cabbi: jube’na oreng gumantong dhari lakona dibi’ (Menanan cabai menuai cabai; keburukan orang tergantung dari tingkah lakunya sendiri)
  3. Mon bagus kodu pabagas: mon oreng bagus robana kodhu pabagus reya Gulina (Orang yang wajahnya bagus seharusnya tingkah lakunya juga bagus)

e)Tembhang

Tembhang tidak jauh berbeda dengan syi’ir. Biasanya tembhang dibaca ketika seseorang mempunyai hajat seperti akan mengawinkan anak atau yang lainnya. Tembhang ini di baca oleh dua orang atau lebih sepanjang malam.

Ada 3 jenis jenis tembhang yang dikenal oleh orang Madura. Yaitu Tembhang Macapat, Tembhang Tengnga’an, dan Tembhang Raja. Tembhang Macapat terdiri dari 9 macam jenis  antara lain: (1) Tembhang artate, (2) Tembhang Maskumambang, (3) Tembhang Senom, (4) Tembhang Kasmaran, (5) Tembhang Salanget/Kenanthe, (6) Tembhang Pangkor (7) Tembhang Durma, (8) Tembhang Mejil, (9) Tembhang Pucung. Tembhang Tengnga’an terdiri dari ada 5 jenis yaitu (1) Tembhang Jurudemmong (2) Tembhang Wirangrong (3) Tembhang Balabak (4) Tembhang Gambu (5) Tembhang Magattro. Adapun tembhang yang terakhir adalah tembhang Raja. Yang termasuk tembhang jenis ini hanya ada satu yaitu tembhang Giriso (Jasin, 2005)..

Yang paling banyak digunakan dan dibahas dalam buku kesusastraan Madura adalah Tembhang Macapat yang berjumlah sembilan. Dalam makalah ini, akan didiskusikan secara umum ciri kesembilan jenis tembang tersebut.

Tembhang Artate memiliki arti pengharap kebaikan. Tembhang ini biasanya digunakan untuk menyebarkan nasihat baik, bisa juga digunakan untuk kagemaran, juga dipakai untuk pembuka di tengah maupun di akhir cerita. Tembhang Maskumambang memiliki pengertian prihatin, kondisi yang sangat susah dan mengenaskan. Tembhang Senom mengandung kiyasan atau parsemon, sangat bagus digunakan untuk ajaran kebatinan. Tembhang Kasmaran memiliki arti asmara atau kasemsem, tembhang ini menungjukkan perasaan seseorang yang sedang jatuh cinta. Tembhang Salanget/Kenanthe memiliki arti kanthe dan longet. Tembang ini digunakan untuk ajaran kebaikan, kegandrungan, kerukunan dan lalonget. Tembhang Pangkor memiliki arti ekor. Tembang ini digunakan untuk menunjukkan perasaan keras, marah, dan menghadapi perang. Tembhang Durma memiliki arti sifat macan, sedih, sangat marah, perang. Tembhang Mejil memiliki arti keluar. Digunakan untuk kegemaran, kesusahan dan prihatin. Tembhang Pucung memiliki arti keluar, bersifat lebih ringan, dan biasanya berupa tebak tebakan atau teka-teki.

Tiap-tiap tembhang memiliki aturan tersendiri baik itu berupa jumlah andheggan maupun paddha/biri. Pada tiap-tiap paddha, guru bilangan telah ditentukan, demikian juga guru lagunya. Yang dimaksud guru bilangan adalah banyaknya ketukan pada tiap padda. Yang dimaksud guru lagu adalah suara pada tiap akhir padda. Contoh aturan pada tembhang (dalam hal ini Pucung):

Bapa’ pucung ropana amendha gunong
Tadha’ reng se tresna
Mala kabbhi pada baji’
Ding kanggunan elos-ellos ngesprengesan

Sifat Pucung: (a) Andheggan: 4 padda/biri (b) Padda no 1 guru bilangannya 12 ketuk mengandung guru lagu o atau u (c) Padda no 2 mengandung guru bilangan 6 ketuk. Mengandung guru lagu a (d) Padda no 3 mengandung 8 ketuk, mengandung guru lagu e atau i (e) Padda no 4 mengandung guru lagu 12 ketuk, mengandung guru lagu a (Jasin, 2005). Contoh tembhang lainnya (dala hal ini Slanget dan Maskumambang bisa dilihat di bawah ini:

SLANGET

Tabbuwanna pon ngaromongNajagana padha oneng
Sadajana reng pettengan
Swarana nyaman ka kopeng
Terros kerkas tale rassa
Otek somsom bara ate
Musiknya telah berkumandangPemainnya telah paham
Semuanya gelap
Suaranya merdu di telinga
Menggetarkan hati
Otak sumsum paru-paru hati

MAS KUMAMBANG

Adhu adhu benne kaka’ benne ale’Benne sana’ kadhang
Mon mate noro’ nangesen
Marga melo kaelangan
Aduh aduh bukan kakak bukab adikBukan snak sudara
Jika meninggal ikut menagis
Karena ikut merasa kehilangan

Tulisan berkelanjutan

  1. Sastra Madura: Potensi, Realita, dan Harapan
  2. Potensi dan Apresiasi Masyarakat Madura Terhadap Sastra Madura
  3. Hambatan dan Memajukan Sastra Madura

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.