Pada upacara tersebut ujung sirih diberi ludah dan selanjutnya ditempelkan didahi si bayi (senggun). Upacara lain yang dilakukan di Kangean adalah upacara kematian meliputi disucikan (e socce’e), dikafani (petpet), disalatkan, dan dimakamkan serta pasca pemakaman, seperti tiga hari (lo’tello’), tujuh hari (to’petto’), empat puluh hari (pa’ polo are), seratus hari (nyatos), dan seribu hari (nyaebu). Jenazah dibawa dengan menggunakan kerandayang terbuat dari bambu (palengkongan) dan selanjutnya bambu-bambu itu dipotongpotong dimasukkan ke liang lahat setelah pemasangan kayu pembatas jenazah dan tanah (dingding are).
Orang Kangean meyakini bahwa seseorang yang meninggal karena perbuatan seseorang (tokang seher), si pelaku akan mendatangi makam si korban yang menjelma menjadi binatang dalam berbagai bentuk. Keyakinan itu menyebabkan makam si korban akan ditutupi oleh terpal untuk menjaga agar tidak ada seekor binatang pun yang mendekat. Makam tersebut dijaga siang dan malam oleh kerabat, warga selama 40 (empat puluh hari). Apabila selama dalam kurun waktu itu tidak ada binatang yang mendekat, berarti si pelaku itu dengan sendirinya meninggal.
Orang Kangean mempercayai makhluk halus (bereng alos), yang menyebabkan keguguran bayi (panteanak, pantelekan), dan menculik anak (lentong). Mereka juga percaya akan adanya macan jadi-jadian penjelmaan roh seseorang (macan dedin, jerengkong, macan perkes), suara-suara misterius orang yang meninggal di tempat kejadian tabrakan atau pembunuhan (anyal-anyalan) yang menampakkandiri dengan memakai kain kafan (bulu sa’ar), dan berbaring dengan memakai kain kafan (lajur).
Menurut masyarakat, lokasi makhluk halus adalah di sumber mata air (somber), sumur (somor), sungai (jeng-jeng), laut (tase’), gunung (gunong), makam (koburen), kaju sela (pertigaan), dan di hutan (alas). Orang Kangean mempunyai kepercayaan tentang munculnya permainan anak-anak giliren (setangkai bambu yang di ujungnya dibelah dan diberi roda sehingga bisa digelindingkan) sebagai pertanda akan terjangkitnya penyakit secara bergiliran.
Di sisi lain, mereka mempercayai sihir (seher), mempertahankan diri (pager), dan mencari kekayaan (araje). Sihir dilakukan untuk menyerang korban sebagai peringatan, yang berbentuk penyakit akut suprarasional bahkan sampai meninggal. Pager yang sering dipakai oleh Orang Kangean adalah jimat, asma’ temor, kepsekep, dan ritual. Jimat merupakan tulisan Arab yang dirangkai dengan berbagai bentuk tulisan yang dipercayai mempunyai kekuatan magis untuk menolak sihir atau serangan orang lain.