Memahami Perilaku Budaya Orang Madura

Barangkali tidak berlebihan jika dikatakan bahwa di bagian mana pun dari wilayah Negara Kesatuan RI dapat ditemukan orang Madura baik dalam kelompok besar maupun kecil. Hal ini menandakan bahwa daerah tujuan merantau orang Madura mencakup seluruh pelosok Tanah Air dan telah berlangsung beberapa abad yang lalu. Misalnya, di daerah Puger (pantai selatan Jawa Timur termasuk wilayah Kabupaten Jember) telah ada masyarakat Madura sebelum dibukanya perkebunan pada awal abad ke-19.

Pada umumnya daerah tujuan utama orang Madura merantau adalah ke Pulau Jawa, kemudian ke pulau-pulau lain di Indonesia termasuk Kalimantan. Untuk membedakan antara Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan, orang Madura menyebut Pulau Kalimantan sebagai Jaba Daja (Jawa Utara). Hal ini mudah dipahami oleh karena secara geografis Pulau Kalimantan berada di sebelah utara Pulau Madura. Ada kalanya juga orang Madura menyebut Pulau Jawa sebagai Jaba Lao’ (Jawa Selatan). Sebagaimana pada umumnya perantau, tujuan utama merantau orang Madura adalah berdimensi ekonomik, yaitu untuk memperoleh penghidupan yang lebih baik. Pada perkembangan selanjutnya tak luput dari dimensi sosial-budaya.

Jika orang Madura pergi merantau maka yang akan dituju pertama kali adalah sanak keluarganya yang lebih dahulu berada atau bermukim di sana. Sebagai pendatang baru-terutama bagi mereka yang pada dasarnya berasal dari kelompok sosial ekonomi marginal mereka tetap membutuhkan tempat penyanggah sebelum berhasil meraih penghidupan yang lebih baik. Selain pertimbangan dari faktor sosial ekonomi ini, secara kultural orang Madura mempunyai kewajiban untuk tetap menjaga dan memelihara ikatan kekerabatan di antara sanak keluarganya di mana pun mereka berada lebih-lebih di perantauan.

Hal ini demi menjaga agar setiap dan sesama anggota keluarga tidak akan kaelangan obur artinya tidak akan berada dalam suasana kegelapan sehingga tidak tahu lagi siapa sanak keluarga atau kerabatnya. Akibat semua ini mudah dipahami apabila pola permukiman orang-orang Madura di perantauan selalu cenderung mengelompok. Realitas ini tidak serta merta dapat ditafsirkan dan dimaknai bahwa perantau Madura merupakan kelompok eksklusif-yang enggan menjalin relasi sosial dengan orang dari masyarakat lain. Tersebarnya para perantau Madura di berbagai daerah di Indonesia dalam suasana kehidupan yang rukun dan penuh kedamaian dengan penduduk setempat dalam kurun waktu beberapa generasi membuktikan bahwa proses adaptasi dan integrasi sosial orang Madura di perantauan cukup berhasil.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.