Pembagian sastra jenisinisebenarnya tidak perlu ada andaikata masyarakat Bangkalan masih tetap mempopulerkan sastra jenisinidi masyarakat luas. Karena jarang ditemuinya sastra jenis mi, maka sastra jenisinidisebut juga sebagai sastra arkais. Sastra jeriisinimemiliki ragam, jenis, pola-pola atau aturan-aturari tertentu dan harus diingat dengan baik.
Syarat mengingat dan memahami pola-pola inilah yang dinilai sangat berat bagi para generasi muda, sehingga banyak di antara mereka yang enggan untuk mempertahankan dan mempraktekkan sastra jenis mi. Akibatnya, tidak banyak orang Bangkalan yang memahami sastra jenis mi, padahal, keberadaan sastra jenisinibenar-benar mendukung kebesaran sastra Madura. Adapun sastra jenis ini adalah: (a) Bangsakzn (b) Pantun Madura/Paparegan (c) Saloka, dan (d) Tembhang Maca pat (Jasin, 2005).
Yang dimaksud Bhângsalan adalah ungkapan dalam Bahasa Madura yang menggunakan pola indirectness dengan ‘melibatkan proses refleksi’ untuk memahaminya. Dikatakan ‘melibatkan proses reflektif,’ karena untuk sampai pada pemahaman akan makna dan sebuah Bhângsalan, seseorang harus
mampu memahami cara kerja dan Bhângsalan yang melibatkan tiga pilar yaitu Bhângsalan, Tegghessâ, dan Oca’ Panebbhus. Bhângsalan adalah ungkapan konkrit dalam kalimat, Tegghessâ adalah arti atau makna yang dirujuk oleh Bhângsalan, sedangkan Oca’ Panebbhus adalah makna dan Bhângsalan. Sebelum seseorang dapat sampai pada pemahaman maksud dan penutur Bhângsalan (paham pada Oca’ Panebbhus), ia harus dapat memecahkan teka-teki Tegghessâ yaitu hal ihwal apa yang berlaku pada Tegghessâ. Tanpa tahu Tegghessâ, mustahil seseorang sampai pada pemahaman Oca’ Panebbhus apalagi paham pada maksud penutur secara keseluruhan (Azhar, 2018).
Tulisan berkelanjutan:
- Perkembangan Bahasa dan Sastra Madura di Bangkalan
- Kondisi Umum Bahasa Sastra Madura di Bangkalan
- Bahasa dan Sastra Madura Tradisional di Bangkalan
- Merindukan Masa Keemasan Bahasa Madura
Pantun Madura dikenal jugà sebagai Sendhilân atau Pa par eghân (bergantung bentuknya). Biasanya, Pantun Madura dilakukan antara kaum laki dan kaum perempuan dengan cara berbalas-balasan pantun. Di dalam sebuah pantun ada yang dinamakan Andheggân (bait) pantun dan Paddhâ/biri (bails) pantun. Setiap Andheggân terdiri dan empat Paddhâ, dan pada tiap-tiap Paddhâ biasanya berisi delapan Keccap (ketuk/suku kata). Lafal (suara/bunyi) yang berada di akhir paddhâ pertama harus sama dengan lafal suara di akhir Paddhâ tiga. Lafal suara akhir Paddhd dua sama dengan lafal suara ada akhir Paddhâ keempat (Jasin, 2005).
Saloka adalah kata-kata sastra yang berisi berisi petuah-petuah bijak dan penuh makna. Sering disampaikan dalam banyak acara dan dalam tulisan-tulisan sastra Madura. Kebenaran dan isi petuah-petuah bijak ml telah banyak dibuktikan sehingga orang yang mendengar atau membaca akan selalu membenarkannya dan meyakini.
Tembhang adalah merupakan bagian dart tradisi marnaca.











