Ki Moko dan Terciptanya Api Tak Kunjung Padam
Dalam posisi seperti itu, akhirnya Ki Moko memutuskan untuk bersemedi dan mencari petunjuk dan pertolongan dari Yang Maha Kuasa, dengan harapan apa yang diharapkan bisa terpenuhi. Hal ini juga harapan agar terpenuhinya keberadaan sumber api. Setelah bersemedi di sebuah lahan Ki Moko kemudian menancapkan tongkatnya ke arah tanah, dan kemudian tiba-tiba tercipta bangunan istana, sumber mata air, dan percikan api. Dikisahkan, istana yang berdiri secara ajaib itu kemudian sirna begitu saja setelah peristiwa perayaan pernikahan berakhir.
Sebagaimana janjinya, raja akan membalas budi kepada Ki Moko. Janji itu kemudian dipenuhinya yaitu dengan menganugerahkan hadiah berupa sebuah peti kepada Ki Moko dan dikirim melalui utusan pula. Setelah peti tersebut sampai ke tangan Ki Moko dan dibukanya ternyata dari dalamnya terjelma seorang Putri yang amat cantik jelita, itulah Siti Suminten Putri Raja yang sengaja dianugerahkan kepada Ki Moko untuk dijadikan istri.
.Dengan demikian puaslah hati Ki Moko dan pelaksanaan pesta pernikahanpun dapat berjalan dengan lancar. Namun, saat upacara pernikahan usai dan segenap keajaiban sirna, hanya tersisa pancaran kobaran api yang tidak sirna. Melihat hal itu, Ki Moko menghampiri api itu dan menyuruhnya kembali ke asalnya. Akan tetapi ajaib, sang apipun berkata, ” Biarkan aku tetap disini untuk menemani seluruh anak cucumu hingga akhir hayat“.
Sampai kini percikan api itu masih terus menyala tak kenal musim. Dalam arena api-api abadi terdapat dua tempat yang sama-sama menyala dalam satu kawasan yang berdekatan. Yang pertama berada ditempat (yang biasa dikunjungi para wisatawan), disebut dengan apoy lakè’ (api laki-laki). Satunya lagi tepat di dekat pintu masuk (di tengah sawah) yang biasa disebut dengan apoy bini’ (api perempuan)

Inilah “Api Tak Kunjung Padam” juga disebut “Dhângka”
Sampai saat ini pun, semburan api alam tersebut masih tetap abadi hingga dikenal dengan istilah Api Tak Kunjung Padam atau Dhângka, rumah kediaman,istana Ki Moko yang kemudian sirna.
Sedang Patilasan/makam Ki Moko sendiri terletak di dusun Palanggaran Desa Branta Tinggi Kecamatan Tlanakan Kab. Pamekasan yang sampai saat ini oleh masyarakat sekitar masih dikeramatkan. Untuk merawat/menjaga sumber api dan sumber air tersebut, maka Ki Moko mengutus Ki Rahma dan Nyi Rahma ( Bhuju’Tongghâh ) yang artinya sebagai penjaga kuburan/asta terletak di pojok barat laut lokasi Api Tak Kunjung Padam (Lontar Madura)
Dibawah layak dibaca