Apabila kita kaji latar belakang sosial budaya permainan ini, di mana permainan tersebut berasal dari kalangan para petani yang dalam pelaksanaannya tidak memandang stratifikasi sosial maupun pendidikan.” Jadi siapa saja boleh turut dalam memainkan, sehingga permainan gempuran muncul sebagai suatu permainan yang benar-benar merakyat. Kemudian mendukung semangat mereka berkreasi sambil berolah raga, karena itulah pada dasarnya permainan ini tidak akan dapat meninggalkan warna kehidupan masyarakat agraris yang dimilikinya.
Selanjutnya, juga dalam masyarakat agraris kehidupan bergotong-royong selalu tertanam karena ini merupakan ciri yang khas dari latar belakang budaya agraris. Akan tetapi yang dimaksud gotong-royong dalam bentuk permainan ini, yakni adanya keija sama yang dikaitkan dengan kehidupan masyarakat. Kerja sama di dalam permainan ini terlihat adanya keija sama untuk memainkan permainan, yakni untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, dalam hal ini kemenangan. Ada pun istilah di dalam permainan gempuran angka kemenangan yakni “sawah”. Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan gempuran ini, antara lain: rasa gotong-royong, demokrasi, persatuan dan kepatuhan.
a. Unsur gotong royong. Kegotong-royongan dalam melakukan permainan ini sangat tampak, yang dimaksud dengan kegotong-royongan dalam permainan seperti yang telah disebutkan di atas, yakni keija sama untuk mencapai sesuatu. Misalnya, ketika salah seorang dari anggota kelompok A (pelempar bola) tidak berhasil melemparkan bola ke arah tumpukan gerabah, maka tugasnya digantikan oleh temannya yakni dari kelompok yang sama. Begitu pula bagi kelompok B (besang), apabila lawannya (kelompok A) berhasil melempar dan mengenai sasaran tumpukan gerabah, maka bola harus segera ditangkap dan lalu melemparkannya kepada temannya yang sekelompok agar segera menembakkan ke arah salah satu tubuh lawan (kelompok A). Jadi maksudnya, agar kelompoknya (kelompok B) berganti fungsi jadi pelempar bola. Dengan demikian di sini tampak sekali keija sama di antara para pemain.
- Unsur demokrasi. Yang dimaksud dengan demokrasi di sini adalah dalam pemilihan kawan sekelompok, yakni mereka membanding-bandingkan sesama pemain agar dua orang yang berlawanan itu setidak-tidaknya sebaya, sama tinggi dan sama kuat, sehingga dua kelompok itu mempunyai dua kekuatan yang sama. Caranya, yakni dengan melakukan “suten”. Pihak yang menang bergabung dengan kelompok yang menang dan yang kalah bergabung dengan yang kalah.
- Unsur persatuan. Rasa persatuan di dalam memainkan permainan ini tampak, yakni ketika kelompok A akan melawan kelompok B. Di sini masing-masing anggota kelompoknya bersatu sehingga menjadi suatu permainan yang benar-benar kompak.
- Kepatuhan Ketika salah satu kelompok telah berhasil memenangkan sawahnya dengan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya, maka kelompok yang menang itu harus digendong oleh kelompok yang kalah. Hal ini merupakan konsekuensi dari kalah menangnya suatu permainan yang harus dilaksanakan.
Selain unsur-unsur tersebut di atas, dalam permainan ini tampak adanya pengembangan fisik mau pun mental. Dalam pengembangan fisik yakni ketangkasan dan ketrampilan, sedangkan dalam pengembangan mental yakni kecermatan karena dapat memperkirakan. Contohnya, ketika salah seorang dari anggota kelompok A akan meruntuhkan tumpukan gerabah, di sini tampak bahwa si pelempar dengan cermat dan dapat