Orang Bajo menurut Tome Pires (dekade ke-2 abad ke 16) yang mengatakan bahwa mereka merompak sampai ke Pegu di sebelah barat dan ke Maluku,Banda di sebelah timur. Mereka mengunjungi pulau-pulau sekitar Jawa dan mengelilingi Pulau Sumatera. Barang dagangan dan hasil rampasan dibawa ke Jumaia (di Pulau Tujuh) tempat mereka memasarkannya (Cortesao 1944). Bisa jadi, keperkasaan perompak di kawasan Melayu itu mengilhami penulisan karya sastra di Italia, Eropa pada abad 19, Aux origines du thème du Pirates malais (Lombard 1993), seperti Emilio Salgari (Rivai 1999: 383-412). Karya Salgari yang bertemakan perompak Melayu dan Bajak laut, yaitu ciclo dei Pirati della Malesia atau ciclo Indo-Malese (Seri Perompak Melayu) dan ciclo dei Corsari (seri bajak laut). Kemahiran orang Bajo diteruskan oleh pelaut Melayu yang kemudian meluaskannya usahanya sampai ke sebelah timur, termasuk orang
Bugis (Pelras 1996:49; 74-75). Rute pelayaran menunjukkan hubungan kekuatan yang berganti-ganti dan kemudian orang Bajo mengikuti orang Bugis sampai ke perairan Australia (Lapian 1999: 90). Lombard menyatakan bahwa tempat-tempat orang Bajo saat ini berada di lokasi pangkalanpangkalan lanun abad ke-19 (Lombard 1999, Jilid 2: 77). Lapian mengajukan sebuah hipotesis yaitu jaringan operasi perompak lanun dari Filipina Selatan yang menyerang Pulau Kangean dan Bawean serta tempat- tempat lain itu memanfaatkan jalur pelayaran yang telah di-rintis oleh orang Bajo. Menurut saya, aktifitas lanun Asia Tenggara berinteraksi dengan jaringan lanun internasional yang berpusat di Laut Merah (Henry Every), Laut Karibia (Edward English), Carolina Selatan (Stede Bonnet), dan Kawasan Pantai Utara Australia (Botting 1978).
*****
(judul asli: Folklor Kangean: Suatu Kajian Cerita Bajak Laut (Lanun) Sebagai Sumber Sejarah Kawasan; sumber tulisan: sastra.um.ac.id)
Artikel bersambung;