Baca juga: Sudut Pandang Pulau Madura
Kegiatan desalinisasi air laut secara besar-besaran mungkin perlu dilakukan, terutama karena ilmu dasar dan teknologi serta rekayasanya mudah dikuasai dan dikembangkan. Khusus bagi Madura, keuntungan lain dari kegiatan ini adalah tersedianya hasil samping berupa brine (air berkadar garam yang sangat tinggi) yang siap diolah dan dipanen menjadi garam dapur sehingga pengimporannya seperti yang terjadi akhir-akhir ini tidak bakal diperlukan lagi.
Sebagai akibatnya memang perlu ditelaah secara mendalam . . . apakah budaya bahari yang selama ini ‘dianggap’ dimiliki bangsa Indonesia hanya merupakan mitos belaka sehingga tidak berkembang sebagaimana mestinya, karena yang kita miliki sebenarnya mungkin hanyalah budaya pesisir? Kembali ke manusia Madura, dalam mencitrakan gadis cantik yang diidamidamkan untuk pasangan hidup maka pengacuan pada kulit kuningnya tidak diberi pewatas. Ini bukannya disebabkan oleh ketidaksukaan pria Madura pada wanita berkulit kuning langsat, tetapi berdasarkan pada kenyataan bahwa gadis Madura sering terbeber pada terpaan terik matahari pulau yang tersohor kering mengerontang sehingga berkulit hitam tetapi manis atau leng-celleng seddhâ’ kata orang Madura. Wanita berkulit gelap karena terbakar matahari saat bekerja di pantai––yang mencerminkan terhayatkannya jiwa kebaharian sejati––mungkin memiliki daya tarik tersendiri bagi manusia Madura yang pada dasarnya merasa dirinya keturunan putra laut.
Pembicaraan tentang potensi laut dapat menggunakan lorjhu’ sebagai sebuah contoh kasus pengatasan persoalan pembangunan Madura. Mengingat kekhasan dan keunggulan rasa gurih jenis lorjhu’ Madura yang berukuran tubuh lebih kecil dibandingkan dengan kerabat dekatnya di pantai-pantai Pulau Jawa, seharusnya kita segera menggunakan peluang yang terbuka karena sekarang industri kemaritiman sangat diprioritaskan pengembangannya. Dengan demikian diharapkan segera akan muncul sekumpulan sarjana Madura yang terpanggil untuk melihat masalahnya dengan sudut pandang yang lain. Misalnya sudah waktunya kita mencoba dan sekali lagi mencoba mengusahakan pembudidayaan lorjhu’ yang eksklusif itu. Untuk itu perlu penelitian terarah di semua bidang terkait seluk-beluk kehidupan lorjhu’, karena diduga jenisnya pun masih baru untuk ilmu pengetahuan (a species new to science) sehingga nama ilmiahnya juga belum ada. Biogeografi lorjhu’ belum tuntas terpetakan, pola daur hidupnya belum diungkapkan, ekologinya belum dipahami, dinamika populasinya tidak pernah diteliti, keterbudidayakannya perlu dan harus segera dipastikan, dan sebagainya, dan seterusnya. Karena selama ini kita hanya langsung memanennya dari alam, meningkatnya permintaan dikhawatirkan akan menguras populasinya secara drastis yang kalau tidak dijaga bakal dapat memusnahkannya. Sebagai akibatnya sambil menunggu selesainya pelbagai penelitian yang perlu dilakukan, kita mungkin sudah perlu memikirkan upaya pelestarian atau konservasinya sebelum keadaannya terlambat karena jenisnya sudah keburu terkuras habis oleh kegiatan pemanenan yang tidak terkendali.
*****
Tulisan bersambung:
- Sumbangan Budaya Madura Kepada Kebudayan Nasional
- Pengembangan Bahasa Madura dan Problematikanya
- Sekilas Falsafah Abhântal Ombâ’ Asapo’ Angèn
- Pembudidayaan Bhâlungka’ dan Tèkay Madura
- Tentang Kuliner: Ètèk sè Nyongkem
- Sèkep Pelambang Kejantanan Seorang Pria Madura
- Aroma Du’remmek dan Kembhâng Campor Bhâbur
- Pola dan Bentuk Rumah: Tanèyan Lanjhâng
- Ramuan Jhâmo Bagi Wanita Madhurâ
- Masa depan Madura Bergantung Pemuda Madura