Sekebba oreng ana-barna: kerres, tombak, peddhang, jambiya’, lancor ajam ban salaenna. Kep-sekep se kasebbut e attas jareya kabbi tadha’ se bisa ngongkole so kep-sekep se esebbuttagi e baba reya:
- Tello’ parkara areya kodu ejaga: jila, adat, kalakowan.
- Tello’ parkara reya kodu ekaandhi’: ate sacca (esto), ate socce, jujur.
- Tello’ parkara reya kodu ekabaji’i: mangga’an, nespa, ta’andhi’panarema.
- Tello’ parkara reya kodu eengguna: saroju’, kabunga’anna ate, kasennengnganna ate.
- Tello’ parkara reya kodu epeyara (eomesse): bakto (baja), pesse, kabarasan.
- Tello’ parkara reya kodu ehormate (eaji’i): omor, uwet (dhang-ondhang), agama.
(Manuasia mempunyai senjata bermacam-macam, keris, tombak, pedang, jembia, celurit dan lain-lain. Senjata-senjata itu semua kegunaannya di dalam kehidupan tidak akan bisa melebihi pegangan yang tersebut di bawah ini:
- Tiga hal yang harus dijaga: lidah, adat dan pekerjaan.
- Tiga hal yang harus dipunyai: hati yang setia (persahabatan), nurani yang suci dan hati yang jujur.
- Tiga hal yang harus dijauhi: tega hati (aniaja), rendah diri (bukan rendah hati) dan tidak bisa menerima kenyataan hidup.
- Tiga hal yang harus ditempati: menjunjung tinggi musyawarah, kebahagiaan hati dan kesenangan (ketenangan) hati.
- Tiga hal yang harus dipelihara: waktu, uang dan kesehatan.
- Tiga hal yang harus dihormati: umur, undang-undang dan agama).
Dalam buku Baburugan Becce’ yang sebagian kerangkanya dikutipkan di atas mengurai secara mendetail tatakrama manusia hidup sehingga buku itu bisa disebut sebagai buku pelajaran etika dan moralitas orang Madura kurang lebih 100 tahun yang lalu. Penulisan buku itu tentu berdasarkan adat dan tata kehidupan yang terdapat pada kelompok etnis Madura.
Gambaran lain tentang manusia Madura bisa dilihat pada tokoh wayang seperti Baladewa. Kalau orang Jawa mempunyai tokoh favorit seperti Kresna dan Arjuna, orang Madura mempunyai tokoh Baladewa. Di mata orang Madura, meskipun Baladewa terkenal tegas dan kaku, tetapi ia selalu konsisten terhadap kebenaran, jujur dan adil serta rela berkorban. Bila mendapat penjelasan yang dapat meyakinkan hatinya, wataknya mudah berubah menjadi lemah lembut.
Sikap rendah hati orang Madura bisa dilihat ketika orang Madura menyebut “anak saya” dengan “budhu’ kaula”, pada hal istilah “budhu’” lazimnya dipakai untuk anak binatang.