Nadar Dalam Upacara Pembuatan Garam Di Sumenep (1)

(Fungsi, Simbol dan Pemaknaannya)

 Dwi Sulistyorini

Masyarakat  adalah  kesatuan  yang  tetap  dari  orang-orang  yang  hidup  di daerah  tertentu  dan  bekerjasama  dalam  kelompok-kelompok  berdasarkan kebudayaan  yang  sama  untuk  mencapai  kepentingan  yang  sama.  Suatu masyarakat mungkin menjadi organisme terpadu bila memiliki kebudayaan yang sama. Kebudayaan yang sama tersebut berupa sesuatu yang diwariskan secara turun-temurun, atau sesuatu yang diprogramkan menjadi kesepakatan bersama untuk masa depan

Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai   makhluk   sosial   yang   digunakan   untuk   memahami   dan   menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya serta menjadi kerangka landasan bagi mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan (Irawan, 1993:54). Dalam mempertahankan diri, manusia cenderung bekerjasama, berkelompok yang baerarti ia saling berinteraksi antara yang satu dengan yang lain. Dalam menjalin  hubungan  tersebut  manusia  menggunakan  kebudayaannya,  yakni sistem  budaya   dijadikan   pedoman.   Hal   ini   berpengaruh   pada   perilaku masyarakat untuk mempertahankan budaya yang dimilikinya.

Setiap daerah pasti memiliki kebudayaan yang diyakini dan dilestarikan oleh  masyarakatnya  (pemiliknya).  Berbicara  masalah  kebudayaan,  di  Madura tepatnya di desa Papas, Sumenep ada kebudayaan yang masih melekat dan  dilestarikan  oleh  masyarakatnya  sampai  sekarang yaitu  upacara nadar.

Upacara  nadar  ini  dilaksanakan  sebagai  ungkapan  rasa  syukur  kepada Tuhan. Hal ini dilaksanakan pada saat panen garam. Di kalangan masyarakat pedesaan, sebagaimana masyarakat desa Papas, Sumenep,  Madura,  mereka  memandang  sistem  ekonomi  bukan  merupakan suatu unsur tersendiri. Dalam konsepsi masyarakat yang nonindustri, sistem ekonomi  seringkali  larut  dalam  unsur-unsur  organisasi  sosial,  sebagian dalam sistem religi dan dalam ilmu gaib (Polanyi dalam Thohir, 1995:114).

Masyarakat  desa  Papas,  Sumenep,  Madura  mayoritas  bekerja  sebagai petani  garam.  Dalam  mendukung  kelancaran  pekerjaannya  sebagai  petani garam, mereka melaksanakan upacara ritual pada saat panen garam sebagai ungkapan   rasa   syukur   dan   menghormati   para   leluhurnya   yang   telah mengajarkan  cara  membuat  garam.  Ini  merupakan  tindakan  ritual  yang dikaitkan dengan aktivitas ekonomi.

Upacara   nadar   menarik   jika   digali   lebih   mendalam   makna-makna simbolis  di  balik  upacara  itu.  Bagaimana  penjelasan  tentang  partisipan menyangkut  pada  bentuk,  arti,  fungsi,  dan  sasaran,  serta  dampak  yang diharapkan dari ritual yang dilakukan? Dengan mengetahui dan memahami makna di balik simbol-simbol ritus akan ditemukan pola kelakuan etos kerja, dan proyeksi para petani garam di Sumenep, Madura. Pengetahuan semacam itu sangat penting untuk menemukan  cara-cara  pengembangan  kebudayaan  masyarakat  yang  bersangkutan. Dalam   rangka   mempertahankan   hidup,   manusia   memiliki   tingkatan- tingkatan  kebutuhan,  yaitu  tingkatan  biologis  sebagai  kebutuhan  utama, kebutuhan   sosial   yang   bersifat   struktural   yang   merupakan   kebutuhan instrumental, dan kebutuhan simbolik sebagai kebutuhan-kebutuhan integra- tif (Turner dalam Thohir, 1995: 114).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.